Tim Riset Grup Komunikasi Stratejik
Tim Riset Grup Komunikasi Stratejik

Pengabdian Riset Grup Komunikasi Stratejik Bahas Krisis Pariwisata Bersama Pengelola Wisata Desa Kemuning

Sejumlah pengelola destinasi wisata di Desa Kemuning membagikan tantangan yang mereka alami dalam mengelola wisata, terutama terkait kesiapsiagaan krisis. Hal itu muncul dalam kegiatan “Pengabdian Manajemen Krisis Kepariwisataan untuk Mempertahankan Citra Positif” yang berlangsung pada Rabu (20/08/2025) dan diselenggarakan oleh Riset Grup Komunikasi Stratejik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Kegiatan ini diikuti 22 peserta yang berasal dari berbagai unsur pengelola destinasi wisata di Desa Kemuning, termasuk pihak Pemerintah Desa, pengelola Sky Hills, serta pengelola River Tubing Kali Pucung. Program ini merupakan bagian dari Skema Hibah Grup Riset Tahun Anggaran 2025.

Dalam pembukaan, Ketua Riset Grup, Dr. Andre N. Rahmanto, M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi awal kerja sama yang terus berlanjut. Ia mengatakan, “Kami berharap ini bisa menjadi kolaborasi yang berkelanjutan dan membawa manfaat bagi kepariwisataan di Kemuning, Surakarta.”

Perwakilan Pemerintah Desa Kemuning, Penanggungjawab (PJ) Kepala Desa Harun Waskito, S.Sos., M.Si., juga menekankan nilai pembelajaran dari kegiatan tersebut. Menurutnya, “Ilmu yang didapat hari ini mungkin belum bisa dipakai sekarang. Akan tetapi, pasti bisa dimanfaatkan di kemudian hari.”

Rangkaian acara dilanjutkan dengan pre-test yang dibantu oleh asisten peneliti, yaitu Julia Nita Sifa Prabarani dan Umaimah Zahida untuk melihat pemahaman awal peserta tentang manajemen krisis. Hasil menunjukkan rata-rata skor peserta berada pada angka 4,5 dari 10 mengenai pemahaman manajemen krisis kepariwisataan.

Setelah itu, peserta menerima materi mitigasi krisis pariwisata yang disampaikan oleh Anjang Prilihantini, S.I.Kom., M.A. Materi merujuk pada Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (KEMENPAR) No. 10 Tahun 2019 dan menekankan pentingnya langkah pencegahan sejak awal. Dalam sesi ini, Anjang menegaskan, “Walaupun belum terjadi, melakukan mitigasi krisis pariwisata menjadi urgensi yang harus dilakukan oleh pengelola destinasi.”

Sesi berikutnya membahas komunikasi krisis pariwisata bersama Dr. Andre N. Rahmanto, M.Si. Setelah pemaparan, peserta mengikuti focus group discussion (FGD) untuk memetakan persoalan nyata di lapangan.

Dalam FGD, beberapa pengelola menyebut kebutuhan pendampingan lanjutan, terutama dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) mitigasi krisis pariwisata. Namun, ada juga yang sudah menyiapkan langkah-langkah praktis. Pengelola River Tubing Kali Pucung menyampaikan, “Kami sudah berkoordinasi dengan tim asuransi agar tuntutan pengunjung apabila terjadi musibah dan memerlukan penanganan khusus seperti rontgen agar bisa terfasilitasi dengan baik.”

Peserta juga menyoroti pentingnya dukungan institusi, terutama Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar. Bukan hanya kehadiran, data wisatawan juga dinilai masih sulit diakses dan berdampak pada kesulitan evaluasi pengelolaan dan perencanaan krisis. Aspirasi ini disampaikan secara langsung oleh salah satu pengelola. “Jangan hanya dipantau saja, tolong didampingi lebih,” ujar Budi, Pengelola Kali Pring Kuning.

Selain persoalan teknis, kondisi alam juga menjadi perhatian. Sudardi dari Sky Hills menyampaikan bahwa perubahan lingkungan berdampak pada wisata alam Kemuning. Ia mengingatkan bahwa mitigasi perlu dilakukan bersama. “Baiknya kita saling kolaborasi karena tidak bisa berdiri sendiri untuk mengelola alam agar mitigasi krisis pariwisata lebih aman,” ujarnya.

Kegiatan diakhiri dengan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman yang menunjukkan peningkatan sebanyak empat poin dari skor awal. 

Penulis : Julia Nita Sifa Prabarani

Fotografer : Tim Riset Grup Komunikasi Stratejik

Editor : Muthiara ‘Arsy