Ilham Nur Arifin

Mahasiswa Solo Gelar Aksi Simbolik, Wujud Duka kepada Indonesia

Mahasiswa Solo Raya melakukan aksi doa bersama dan pernyataan sikap di bundaran Gladag, buntut tragedi tewasnya Affan Kurniawan, driver ojek online yang dilindas Brimob. Ratusan mahasiswa dari Solo Raya datang untuk melakukan aksi simbolik ini pada Sabtu (30/08/2025). 

Mahasiswa yang turun aksi berasal dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, dan Universitas Slamet Riyadi (UNISRI). Mereka bergerak dari parkiran Galabo dan berbaris menuju bundaran Gladag. Aksi dimulai dengan salat gaib yang tampak hening dan khidmat, dilanjutkan dengan orasi terkait tuntutan kebijakan pemerintah serta keadilan atas tewasnya Affan.

Sadam Agus Dwi Ardian, koordinator lapangan dari UIN Raden Mas Said, menyebutkan bahwa fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini sangat kurang dan menuntut kasus Affan Kurniawan diusut tuntas.

“Tunjangan naik, pajak makin tinggi, DPR sekarang fungsinya sangat kurang,” ujarnya saat diwawancara.

Sementara itu, substansi yang disampaikan BEM Solo Raya berfokus pada tuntutan atas tindakan represif aparat kepolisian yang menelan korban jiwa.

Beberapa poin tuntutan tersebut yaitu:

  1. Mengecam keras tindakan represif aparat kepolisian terhadap mahasiswa dan massa aksi.
  2. Mendesak reformasi Polri secara menyeluruh.
  3. Mendesak aparat untuk segera membebaskan demonstran yang ditangkap tanpa dasar yang jelas.
  4. Menuntut proses hukum pidana terhadap tujuh tersangka polisi yang melakukan pembunuhan terhadap driver ojol. 
  5. Mendesak Presiden dan DPR RI bertanggung jawab atas kebijakan demokrasi dan pengelolaan negara.

Aksi dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dan mars mahasiswa. Ditutup dengan pernyataan sikap yang diwakili oleh Presiden BEM UNS. Berakhir dengan doa bersama dan prosesi tabur bunga serta teatrikal.

Muhammad Faiz Zuhdi, Presiden BEM UNS, menyampaikan harapan setelah adanya aksi ini. 

“Harapannya, yang dapat kita laksanakan hari ini, dapat menjadi bola salju hebat. Kita percaya bahwa Solo akan menjadi episentrum perlawanan,” ungkapnya pada Sabtu, (30/08/2025). Dirinya juga menyebutkan bahwa akan ada aksi susulan yang lebih besar dalam waktu dekat.

Tak hanya mahasiswa yang datang pada aksi ini. Tenaga medis juga ikut siaga untuk mengantisipasi ketika ada kejadian yang tidak diinginkan. Ratih, salah satu tim medis dari Komunitas Relawan Gesit Solo, menuturkan bahwa dirinya mendapatkan mandat dari atasan untuk turun sebagai langkah antisipasi ketika ada kejadian yang tidak diinginkan. 

“Kita juga bareng-bareng kesini untuk persiapan, karena kami tim medis jadi kami juga membawa alat-alat medis dan logistik yang memadai, ” tuturnya ketika diwawancarai saat aksi.

 

Penulis: Tim Redaksi LPM Kentingan UNS

Editor: Tim Editor LPM Kentingan UNS