Sebuah Abjad
Sebuah abjad memberontak
dari struktur dan bentuk kalimat puan
Ia tak mau sendirian,
maka ia berenang ke tepian
Pekerjaanku hanya seorang puitikus
Bukan politikus yang berpuitis
Tetapi, percuma sahaya buatkan
berjuta abjad menjadi berpasangan
Jika rezeki hanya berpapasan
(Karanganyar, 2019)
Sebuah Pisau
Mulutmu tak lain setajam pisau
Bisa membelah apapun di sekitarmu
Membelah antar bibir sungai
Atau perahu yang membelah ketidakpastian arusnya
Juga terbelahlah buah yang menolak dibelah
Mulutmu tertukar tajamnya pisau,
membelah rona bahagia menjadi lara
merubah prasangka semakin menyangka
Karena mulutmu layaknya pisau
Aku letakkan saja di dapur
Dan kau hanya bisa membelah
Apa yang seharusnya kau belah
(Karanganyar, 2018)
Sebuah Puisi Menolak Judul
Kau sempat menjelma bait-bait puisiku
Setiap kau, melahirkan kata menelisik rasa
Dengan desau suara yang lantang
Waktu memakan kau berjalan kemanapun
Kau puisiku yang silau terik dan redam gelap
Sampai tenggelam ciut sendiri dalam bahasaku
hilang ke rona-rona liukan paribahasaku
menusuk diri sendiri dengan pisau lipat kataku
Kala kau menjadi bait-bait puisi yang ku tuliskan
Tanpa judul; terlampau rumit menafsirkannya
Biarpun hilang dan tidak berjudul
aku akan berusaha menyimpannya ke dalam rongga mulutku
(Karanganyar, 2018)
Tidak Sebuah Lagi
Hah! budak nestapa yang malang
Kesepian di tengah padang ilalang
tak hiraukan jelmaan semakin meradang
sudah cukup, kita semua butuh pulang
Nyatanya jalan kita masing-masing
dan aku tak mampu menyusuri jalanmu
merubahnya menjadi jalanan tak berdebu
Sulit bagiku, merajut compang-campingmu
(Karanganyar, 2018)
[su_divider top=”no”]
[su_box title=”Lutfia Nurus A.”]Mahasiswa Sastra Daerah UNS. Surel: lutfianursaf@gmail.com[/su_box]