Fayza Suksma Nairaputri

Raja Jalanan Menggugat

Kaki Gunung Lawu, dua puluh derajat, katanya.

Cuaca cukup dingin yang ikut diembuskan angin.

Dingin, tapi tak menyurutkan rencana siapapun hari ini,

Termasuk para pengemudi jalanan.

 

Roda enam, roda delapan, roda dua puluh, semua terjejer di jalan.

Berhenti, mesinnya pun sengaja dimatikan.

“Ada apa nih, Pak?” tanyaku.

“Demo, Mbak,” jawabnya.

 

Spanduk polos dicoreti tulisan.

“ODOL” ini kata yang berulangkali kubaca.

Aspirasi tak didengar, raja jalanan pun menggugat.

Belasan, puluhan roda besar memadati jalan.

 

Asap debu jalanan mengepul.

Obrolan pelan di pembatas jalan bercampur geram.

Mereka bukan sekadar mengemudi.

Mereka menafkahi, menggantung hidup di balik setir besi.

 

Pagi merangkak siang,

Lalu lintas berganti wajah.

Aspal jalan raya kini ruang bicara,

Bukan sekadar penghubung kota ke kota.

 

Dan kami yang melintas

Jadi saksi

Bahwa suara kecil, jika serempak,

Bisa menggema di antara gemuruh roda.

Penulis: Izzahtu Nuha Zahra’ni

Editor: Salma Fitriya Nur Hanifah