(Agus Utomo)
Surakarta, saluransebelas.com – Pemuda dan Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Peduli Rohingya membacakan puisi untuk Rohingya di Bundaran Gladag, Surakarta pada Jumat (8/9). Aksi yang bertajuk Nggagaso Rohingya tersebut bertujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk peduli pada keadaan warga etnis Rohingnya di Myanmar.
Sebenarnya, dalam selebaran aksi tersebut bertulis pembacaan puisi dan teatrikal. Sayangnya, puisi berjudul Banjir Air Mata Rohingya karya Lia Fissa yang dibacakan oleh Rus Ulfa Andrian, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisinis (FEB) UNS menjadi satu-satunya puisi yang dibacakan dalam aksi tersebut. Hidup dalam nestapa/berkepanjangan, tak berkesudahan/Tak pernah tersentuh keadilan yang memanusiakan/Inilah air mata kami, duka warga Tanpa negara.
“Sebagai manusia yang punya rasa kemanusian dan rasa empati, kita harus membuat keyakinan bahwa Myanmar adalah saudara kita, keluarga kita. Mereka sengsara dan ditindas di sana, kita harus merasakan konflik yang melanda mereka, kita punya harapan supaya kezaliman dan kebiadaban yang terjadi terhadap kaum Rohingya segera dihentikan,” kata Ulfa ketika memaknai puisi yang ia baca.
Sekira sejak setahu lalu, konflik antara etnis Rohingya dan militer Myanmar sudah mengemuka dan menjadi perhatian internasional. Tahun ini bahkan menteri luar negeri Indonesia, Retno Marsudi, berangkat ke Myanmar untuk merundingkan krisis enis ini bersama National Security Adviser Myanmar Aung San Suu Kyi dan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, Jenderal Senior U Min Aung Hlaing.
Sementara itu, Koordinator Aksi, Muhammad Shidiq mengungkapkan bahwa nilai kemanusiaan harus benar-benar diterapkan pada kehidupan. “Kita di sini mengajak seluruh masyarakat indonesia untuk sadar bahwasannya kemanusian itu merupakan satu nilai-nilai yang harus diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam aksi Nggagaso Rohingya, juga menyatakan lima tuntutan. Kelimanya adalah, mendesak agar Myanmar mengizinkan tim pencari fakta Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB untuk mengehentikan peristiwa kekerasan di Rakhinge, mendesak Aung San Suu Kyi untuk bersikap dan mengambil langkah bijak terhadap kekerasan Rohingya.
Mendesak ASEAN untuk mengambil sikap terkait Rohingya, mendesak agar akses bantuan dibuka selebar mungkin, serta mengajak masyarakat Indonesia, khususnya Surakarta untuk peduli dan mengecam segala bentuk kejahatan kemanusiaan di Rohingya dan dunia.
Aksi ini dimulai dari Taman Sriwedari, lalu dilanjutkan long march menuju Bundaran Gladag. Aksi dilanjutkan dengan orasi dan penggalangan dana yang nantinya bakal disalurkan ke Rohingya.
“Aksi ini merupakan aksi terbuka yang boleh diikuti dari gerakan apa saja, lembaga apa saja dan dari LSM apa saja,” tambah Shidiq. Ia mengatakan, mayoritas massa aksi berasal dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).[]