PARA penggiat asmara akan selalu menegaskan jikalau cinta enggak bisa dijelaskan. Ia ibarat tukang parkir burjo yang ngeureuyuh di Jalan Kabut. Tiba-tiba muncul, tiba-tiba hilang dan bikin gelagapan. Memang sih, aku cuma mahasiswa semester tiga yang tak fasih melafalkan kasih. Yang pacaran paling mentok aja tigas bulan. Jadi, sok-sokan saja aku ini hendak menjelaskan cinta.
Semua berawal ketika aku dilahirkan, dimunculkan, atau didorong keluar ke dunia dikala hari sudah petang. Kata Ibu, aku dilahirkan di masa yang tidak diperhitungkan. ”De, kamu itu tiba-tiba mbrojol. Padahal perkiraannya waktu itu masih seminggu lagi. Alhasil, ya pake peralatan ala kadarnya.” Dengan mata berkaca-kaca dan disudahinya bersamaan dengan menyelesaikan memotong tiga butir bawang merah, kemudian mengambil bawang merah lainnya lagi.
Tiga kalimatnya itu telah mengilhamiku, untuk memutuskan, bahwa orang yang mencintaiku pertama kali ialah Ibu. Bayangkan saja, dia rela melahirkanku di waktu yang tidak seharusnya, mungkin dia ingin cepat-cepat mengeluarkanku, karena tidak sabar menengok jabang bayinya yang sangat lutju. Kiuw!
Hipotesisku itu bukan tanpa rujukan yang jelas. Menurut George Kelly, seorang psikolog, cinta ini dikategorikan kedalam jenis cinta altruistik. Sebuah cinta yang biasanya dimiliki oleh orang tua untuk anak, tentunya dengan kasih sayangnya. Mungkin karena ini juga, Ibuku selalu membawakan nasi dus – yang seharusnya untuk makan siang dikantor – ke rumah.
Padahal sebenarnya di rumah sudah banyak makanan yang sedari pagi Ibu masak sendiri sebelum berangkat bekerja. Ia pun tak pernah lupa untuk telfon-telfon walau pulsa pas-pasan. Sering memberiku duit limapuluh ribu padahal uang di dompetnya tinggal segitu. Sering khawatir aku sakit, padahal ya aku biasa aja, masih udud-udud santai di indekos. Dan segala ihwal sepele lain, lain-lainya. Bu, bu, I love you!
Gimana? Udah berkaca-kaca belum? Kalo belum, coba deh minta bawang merah ke Ibumu. Bagaimana dengan Ibu kalian? Aku yakin Ibumu juga cinta sama kamu. Entah nampak ataupun tidak. Itulah cinta yang kita dapatkan pertama kali di kehidupan.
Bagaimana dengan bapak? Manusia yang satu ini punya cinta yang sama besar laiknya Ibu. Hanya saja, terkadang dia terlalu malu untuk menunjukkan tingkah yang cenderung emosional. Ujung-ujungnya ya keliatan diem-diem bae. Apalagi kalo udah sedia kopi dan udud di hadapannya. Serta tak ketinggalan ponsel pintar yang ia genggam secara bergilir. Setdahhh, hanya gempa lebih dari lima Skala Ritcher yang bisa mengguncangnya.
Wajar. Tempat tinggalku memang rawan gempa bumi dan deket laut. Ya, siapa yang nggak panik coba? Bisa-bisa tsunami, cuy! Bahaya.
Cinta juga bisa kamu dapatkan dari teman, kawan, sahabat atau ikatan-ikatan semacam itu. Kamu punya temen yang setiap hari ketemu? Memiliki kedekatan yang intens? Dan sering berkomunikasi? Jika iya. Fix. Kalian memiliki hubungan yang romantis alias tumbuh cinta diantara kalian. Gausah dipungkiri atau malu, toh dibacanya juga di dalam hati.
Walaupun memiliki gender yang sama, bukan berarti kalian melawan kodrat, lho. Selaww. Jadi, enggak perlu susah-susah bribik sana-sini untuk mendapatkan cinta. Liat kui loh disekelilingmu—asal jangan dibaca pas lagi sendiri di kosan aja sih.
Cinta bukan hanya timbul dari hubungan antar insan manusia saja. Tetapi bisa juga dari hubungan manusia dengan barang tertentu. Bukan, bukan berhala, lho. Coba bayangkan, bagaimana perasaanmu jika laptopmu jatuh hingga membentuk jajaran pulau-pulau di layarnya?
Sayang kan. Betul tidak? Apalagi kalo laptopmu jenis Apple Macbook Pro 15.4 MJLT2ID/A yang harganya hampir 30 juta. Busettt! Buset! Buset! Seketika lirik Rumor yang “hingga tiba saatnya aku pun melihat, cintaku berkhianat, cintaku berhianat wo uwooowwww~” bersenandung di kepalamu. Ya gitu. Biar lebih dramatis. Hehe.
Konon, gawai juga dapat menyebabkan rindu yang berkelanjutan. Jangan memicingkan mata dulu. Justru rindu kepada gawai ini akan melebihi rindu Dillan kepada neng Milea. Coba saja, lepasin ponsel pintarmu, biarkan dia hidup menyendiri untuk sementara waktu. Ya, sekitar lima tahun, lah. Kuat enggak? Enggak mungkin! Baterai ponsel pintarmu berapa mAh, hah? Selain itu, jemarimu pasti juga bakal gatel dan anyel.
Pokoknya, memiliki gawai bisa menyebabkan seseorang menjadi candu dan menyebabkan jiwa seseorang terguncang. Tuh, hati-hati menjalin cinta dengan gawai.
Satu lagi, yang sangat-sangat tidak boleh terlewatkan, ialah cinta Tuhan kepada umat-Nya. Eaak!
Lantas, cinta mana lagi kamu dustakan? Jangan bersedih, mblo. Cinta bukan milik orang yang berpacaran saja~ []
Akhmad Giri Surya. Lelaki yang menginginkan berewok, tapi terlalu eman-eman mau beli Wak Doyok.