Veri Nugroho

Lestarikan Budaya Jawa: Pagelaran Wayang Kulit Hadir Warnai Dies Natalis UNS ke-49

Surakarta, 9 Mei 2025 – Pendapa R.Ng. Yasadipura, PUI Javanologi UNS menjadi saksi eloknya Pagelaran Wayang Kulit yang bertajuk “Pandhawa Mranata Bawana,” pada Jumat (9/5). Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis UNS ke-49. Acara tersebut dimulai pukul 08.00 malam dan selesai pukul 03.00 dini hari pada Sabtu (10/5). UNS memberikan kesempatan bagi mahasiswa hingga masyarakat umum untuk hadir menikmati pagelaran wayang kulit ini.

Pagelaran ini menjadi perwujudan visi UNS yaitu mengembangkan seni dan nilai budaya luhur nasional. Di tengah kondisi masyarakat yang semakin jauh dari nilai luhur budaya, cerita wayang “Pandhawa Mranata Bawana” hadir dengan karakter lakon yang jujur dan bertanggung jawab. Cerita ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat, khususnya mahasiswa UNS sendiri.

Ketua penyelenggara, Dr. Dwi Susanto, S.S., M.Hum. menuturkan bahwa pagelaran wayang kulit menjadi bentuk komitmen UNS untuk melestarikan budaya Jawa. “Seni itu tidak hanya kita lestarikan, tetapi juga sebagai tuntunan, tempat kreativitas, inovasi, kritik, pelajaran, dan membentuk karakter,” tutur ketua penyelenggara sekaligus Dekan FIB UNS tersebut.

Pagelaran dibuka dengan pentas Tari Bedhaya Sebelas Maret yang dibawakan oleh 11 penari dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badan Koordinasi Kesenian Tradisional (BKKT) UNS. Tarian ini diiringi oleh gending khusus ciptaan seniman Alm. Blacius Subono dan Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si selaku pembina BKKT UNS. Selain itu, kelompok karawitan dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) yaitu Sekar Rinonce UNS turut mempersembahkan penampilannya yang memukau.

Adwa, mahasiswi Sastra Daerah yang merupakan bagian dari BKKT UNS merasa senang karena dapat turut memeriahkan pagelaran wayang sebagai sinden. “Aku sendiri bangga gitu loh ikut nyengkuyung dalam acara Dies Natalis ini karena ngga semua orang bisa ikut di acara ini,” jelasnya.

Beberapa keunikan dapat ditemukan dalam pagelaran wayang ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, dalang-dalang pagelaran tahun ini berasal dari internal UNS sendiri. Terdapat 3 dalang yaitu Ki Drs. Imam Sutarjo, M.Hum., dosen Sastra Daerah FIB UNS yang telah purna tugas, Ki Canggih Tri Atmojo, S.Sn., mahasiswa S2 UNS, dan Ki Lucky Gusta Yoga, S.S, alumni Sastra Daerah UNS. Selain itu, UNS juga menyediakan makanan gratis yang dapat dinikmati oleh seluruh pengunjung. Keberadaan stand makanan cukup menarik perhatian pengunjung untuk menyerbu habis makanan yang tersedia.

Acara ini menuai berbagai respon positif dari para penonton. Diya, mahasiswi Sastra Indonesia menuturkan bahwa ia merasa acaranya menyenangkan karena tidak hanya berfokus pada cerita wayang, tetapi juga diselingi lelucon yang menghibur.

“Turut bangga ya, apalagi di era sekarang ini mungkin ga banyak orang khususnya anak muda sama mahasiswa yang mau nonton wayang, tapi melihat tadi itu banyak anak muda yang nonton, artinya juga secara ga langsung mereka dan kita semua ikut melestarikan wayang sebagai budaya,” jelasnya.

Selain itu, mahasiswa Komunikasi Terapan UNS, Nur Rohmat juga menilai bahwa penampilan wayang ini cukup menarik perhatiannya. Menurutnya, sang dalang dapat membawakan cerita tentang pandhawa ini dengan unik dan lincah.

“Dulu di desa juga sering nonton wayang. Saya tertarik karena karakter wayangnya termasuk unik dari cara berbicaranya, dan jalan ceritanya tentang Pandhawa dan Brahmana menurut saya lumayan menarik. Dalangnya lincah, ga kalah dengan dalang dari luar UNS. Tentunya saya terhibur, menambah wawasan budaya juga yang paling penting,” ujarnya.

Nama Penulis: Marsa Anggita Fairuza dan Nisa Maftuhaturrohmah

Editor: Salma Fitriya Nur Hanifah