Pewarta foto: Adhy Nugroho/LPM Kentingan.

KPU UNS Impikan Puluhan Ribu Suara

(Adhy Nugroho)

Surakarta, saluransebelas.com – Pembukaan acara  Pengundian Nomor Urut dan Deklarasi Pemilu Damai Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu (23/9), rupanya molor setengah jam dari jadwal yang telah ditetapkan. Ini dikarenakan salah satu pasangan calon Presiden-Wakil Presiden (capres-cawapres) BEM UNS, Gilang Ridho Ananda, dan Faith Aqila Silmi, yang tak hadir tepat waktu.

 

“Kami sudah memfasilitasi dan terus kejar konfirmasi. Untuk Mas Gilang, ini [sedang] ada agenda di Tawangmangu. Untuk agendanya mungkin [itu] privasi,” kata Arief Dharma, ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) UNS.

 

Faith yang datang saat acara tengah berlangsung mengatakan bahwa Gilang memang sedang mengikuti acara yang sudah dikonfirmasikan pada pihak KPU UNS sejak lama. “Saya [tadi] juga ada acara di FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)” ujarnya.

 

Meski tak kunjung hadir, pasangan capres-cawapres BEM UNS yang diusung oleh partai Asmara tetap diberi kesempatan oleh KPU UNS untuk mengambil nomor undian dengan cara diwakilkan. Mereka mendapatkan nomor urut satu. Sedangkan M. Aldhi Ardiansyah dan Ramzy Aprialzy, pasangan capres-cawapres BEM UNS jalur independen yang hadir langsung pada acara tersebut mendapat nomor urut dua.

 

Pemilu UNS kali ini diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres BEM UNS dan 42 calon legislatif dari empat partai peserta pemilu; Partai Asmara, Partai Daun Muda, Partai Gerbang, dan Partai Kemaki.

 

Dengan dilangsungkannya prosesi pengambilan nomor urut ini, maka pihak KPU UNS menyatakan bahwa masa kampanye sudah bisa dimulai. “Kami berharap, deklarasi kampanye berlangsung damai yang harapannya tidak ada rusuh dan keanarkian. Kita sama-sama memberi pencerdasan kepada mahasiswa, tidak dengan cara yang kotor” ujar Arief.

 

Selain itu, Arief juga berharap agar angka pemilih tahun ini dapat meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Harapan ini berusaha diwujudkan lewat pelbagai cara kreatif seperti pembuatan video dukungan dari para pejabat kampus, twibbon, dan tagar. “Tahun 2015 mencapai sepuluh ribu , pada tahun 2016 mencapai sebelas ribu. Tahun ini kami targetkan 15 sampai 20 ribu” katanya.

 

Dari angka yang ditargetkan oleh KPU UNS, pasangan nomor urut dua menargetkan pihaknya bisa memenangkan perolehan suara secara telak di seluruh fakultas. “Saya dari Fakultas Hukum (FH), Ramzy dari Fakultas Teknik (FT). Itu mungkin bisa membantu untuk pemetaan. Tapi harapan saya ya kita bisa menang di semua fakultas” ujar Aldhi. Sedangkan pasangan nomor urut satu sendiri mengharapkan pihaknya bisa memperoleh 70% angka suara. “Harapannya ya menang. Harapan kami, kami dapat mewakili semua suara, bukan hanya golongan tertentu” ujar Faith.

 

Meski harapan KPU dan para capres-cawapres BEM UNS memiliki harapan besar terhadap naiknya jumlah pemilih pada pemilu UNS tahun ini, mahasiswa UNS sendiri nyatanya masih ada yang mengaku enggan menggunakan hak suaranya dalam pemilu UNS tahun ini. Irfan Yashar, mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 2015 misalnya, ia berencana tidak akan memilih saat pemilu UNS nanti. “Soalnya enggak kenal sama calon-calonnya. Aku juga belum pernah nyoblos di pemilu UNS,” ujarnya.

 

Nia Asih, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) 2016 pun begitu, menurutnya dengan mengikuti pemilu UNS, tidak berpengaruh pada kehidupan akademiknya di kampus. Namun, di antara mahasiswa-mahasiswa yang enggan memberikan hak suaranya itu,  Nayla Khofifah, mahasiswa Desain Komunikasi Visual 2017 mengaku akan memberikan hak suaranya pada pemilu UNS tahun ini. “Ya meskipun enggak kenal, tapi aku ngikut saja untuk meramaikan politik kampus,” ungkapnya.[]