Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata Alter Ego? Ataukah Anda baru pertama kali mendengar kata ini? Wajar jika kalian berpikir bahwa Alter Ego merupakan penyakit psikologis. Banyak orang yang saat pertama kali mendengar kata Alter Ego berprasangka bahwa Alter Ego adalah suatu kelainan identitas. Padahal faktanya, Alter Ego adalah sebuah identitas atau karakter bentukan seseorang dalam dirinya secara sadar, bukan sebuah kelainan identitas.
Apakah yang dimaksud identitas? Identitas merupakan suatu jati diri yang secara sadar dipengaruhi oleh gender, pendidikan, sosial, dan budaya yang membentuk suatu kepribadian yang khas. Hal ini meliputi keyakinan akan diri sendiri dan memberi arti akan tujuan hidupnya. Menurut seorang psikologis bernama James Marcia (1993), identitas diri merupakan komponen penting yang menunjukkan identitas personal individu. Semakin baik struktur pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri.
Alter Ego merupakan suatu identitas yang dibentuk secara sadar oleh individu sebagai perwujudan atas dirinya yang ideal. Bagaimana individu bisa memiliki Alter Ego? Biasanya individu tersebut mempunyai sebuah keinginan untuk mewujudkan atau mencapai sesuatu yang sebelumnya tidak dapat direalisasikan sehingga ia menciptakan Alter Ego sebagai perwujudan sosok ideal akan dirinya untuk menghindari kegagalan yang sama terulang kembali. Kemunculan Alter Ego ini bisa dikendalikan secara sadar oleh si identitas asli. Perwujudan Alter Ego tidak selalu berupa sosok atau kepribadian yang ditunjukkan kepada khalayak umum. Wujud Alter Ego dapat berupa suara-suara di dalam benak individu untuk diajak berdiskusi, kepribadian yang muncul ketika dibutuhkan, atau pun seperti sosok lawan bicara yang tak kasat mata.
Alter Ego seringkali disamakan dengan kepribadian ganda, padahal keduanya sangatlah berbeda. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kedua hal ini seringkali membuat mereka salah tafsir dan mengira bahwa individu yang memiliki Alter Ego merupakan pengidap kelainan identitas, padahal Alter Ego bukanlah sebuah penyakit kepribadian. Masyarakat kerap menyamakan Alter Ego dengan kepribadian ganda dikarenakan keduanya sama-sama memiliki lebih dari satu identitas dalam satu tubuh yang mana menurut pandangan masyarakat hal ini tidak normal. Masyakarat seringkali meyakini bahwa dalam satu tubuh hanya dikendalikan oleh satu kepribadian saja, tetapi tidak mengetahui atau bahkan tidak menyadari bahwa dalam satu tubuh dapat terdiri dari beberapa kepribadian yang akan silih berganti untuk mendominasi.
Kepribadian ganda/DID (Dissociative Identity Disorder) adalah kelainan identitas yang dialami oleh individu ketika ia berkemungkinan memiliki lebih dari satu identitas berbeda dalam satu tubuh yang jumlahnya dapat bervariasi hingga ratusan. Saat satu identitas alternatif muncul, identitas tersebutlah yang memegang kendali penuh terhadap tubuh seutuhnya dalam beberapa waktu ke depan. Hal inilah yang menyebabkan si identitas asli sering tidak mengingat apapun saat kepribadian alternatif mengambil alih. Penderita kepribadian ganda sering mengalami perubahan karakter secara total. Bahkan aksen bicara, memori, nama, usia, dan gender dari kepribadian tersebut bisa saja berubah dan benar-benar berbeda. Tidak jarang mereka yang menderita kelainan identitas tiba-tiba secara tidak sadar berubah perilakunya karena identitas lain yang saling berebut untuk mendominasi tubuh. Kepribadian ganda merupakan sebuah respon adaptif seseorang terhadap rasa sakit, takut, cemas, ataupun trauma yang luar biasa terhadap sesuatu.
Lantas apa perbedaan antara Alter Ego dengan kepribadian ganda? Perbedaan yang signifikan terdapat pada cara pergantian identitas. Jika mereka yang memiliki Alter Ego dapat dengan sepenuhnya sadar saat identitas lain mengambil alih tubuh dan mengendalikannya, sebaliknya mereka yang menderita kepribadian ganda cenderung tidak mampu mengontrol pergantian identitas lain dan hal ini seringkali menyebabkan si identitas asli tidak mengingat saat tubuhnya diambil alih. Dengan kata lain, Alter Ego bukanlah tergolong penyakit seperti kelainan identitas, tetapi sebuah cara seseorang untuk menutupi kekurangannya. Sedangkan kepribadian ganda adalah sebuah kelainan identitas yang dapat dipicu oleh keadaan tertentu yang mendorong identitas lain untuk muncul.
Apakah ada manfaat ataupun kerugian jika memiliki Alter Ego? Tentu saja ada. Pada dasarnya, Alter Ego tercipta karena ketidakmampuan individu untuk mencapai sesuatu secara maksimal. Jadi, Alter Ego diciptakan untuk membantu individu untuk mencapai tujuan dengan hasil semaksimal mungkin menggunakan karakter ‘ideal’ mereka. Kebanyakan mereka yang memiliki Alter Ego menggunakannya sebagai motivasi atau pegangan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Manfaat lain ialah Alter Ego dapat menutupi karakter asli mereka yang dirasa kurang sempurna untuk diketahui oleh publik. Namun, janganlah kita terlena oleh manfaat-manfaat tersebut. Alter Ego juga perlu diwaspadai terutama ketika karakter buatan tersebut mulai mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti terlalu sering mendominasi hingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Akhir kata, setelah membaca artikel ini, penulis berharap para pembaca tidak lagi terjebak dalam kesalahpahaman, terutama para pembaca yang merasa miliki Alter Ego dalam dirinya tidak perlu merasa khawatir ataupun minder. Karena nyatanya, mereka yang memiliki Alter Ego bukan sedang terkena penyakit kepribadian melainkan sedang dalam proses mengembangkan diri menjadi individu yang lebih baik.
Maria Yemima Jaeni
Sastra Inggris
STIBA SATYA WIDYA SURABAYA
Editor: Sabila Soraya Dewi