Foto: Azfa Zaidan Naqi/ LPM Kentingan

February with Coklat, Self Improvement: Penguatan Kompetensi Diri dalam Menciptakan Goals Realistik dan Rasional

Minggu (13/2), Community of Klaten (Keluarga Mahasiswa Klaten) atau lebih dikenal Coklat UNS menyelenggarakan kegiatan yang bertajuk Coklat Festival 2022 Ad Meliorem Era: Menuju ke Era yang Lebih Baik. “Ada beberapa rangkaian acara Coklat Festival pada tahun ini mulai dari lomba fotografi, video kreatif, poster, mobile legend, menyanyi dan mewarnai (bumi putra berkarya), dan ditutup dengan webinar talkshow,” kata Janu, Ketua Coklat 2022. Webinar yang dikemas dalam agenda Time to Share Cokfest 2022 menghadirkan  narasumber Kayyis Hawari dan Andovireska yang berkompeten di bidangnya. Kegiatan ini juga dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan dan daerah di Indonesia.

Pemaparan materi sesi pertama oleh Kayyis Hawari tentang Tips and Trick How to Improve Self-competence. Materi dibuka dengan petuah, puncak eksistensi tertinggi seorang manusia adalah ketika ia mampu bermanfaat untuk orang lain. Tak sedikit dari kita jika ditanya tujuan hidup pastinya akan menjawab untuk bermanfaat bagi orang lain. Namun, kebermanfaatan seperti apakah itu? Pertanyaan sederhana, tetapi realitanya tak banyak orang bisa menjawab. Mendefinisikan kebermanfaat tersebut ternyata cukup penting, sebab hal ini berkaitan dengan kompetensi yang kita miliki.

“Ketika kita mendefinisikan kebermanfaatan yang akan kita berikan untuk orang lain, berarti kita sedang menentukan tujuan hidup. Saat tujuan hidup telah ditentukan, maka kompetensi itu akan tumbuh seiring menguatnya tujuan hidupmu,” ujar Kayyis. Adapun tahapan menuju tercapainya tujuan itu, yaitu dengan cara mengenal dan memahami diri sendiri, menemukan cara mengasah kemampuan diri, dan mampu bermanfaat bagi orang lain. “Untuk menaklukkan masa depan, kita perlu untuk menaklukkan hari ini. Dan untuk menaklukkan hari ini kita perlu menaklukkan diri sendiri,” sambung Kayyis.

Pada sesi kedua, merupakan sesi talkshow bersama Andovireska. Sesi sebelumnya kita sudah membahas terkait kompetensi diri, maka di sesi ini dibahas terkait goals realistik dan rasional. Nah, pasti di benak kalian bertanya-tanya, bagaimana goals yang realistik dan rasional itu? Sebenarnya kita tak harus menentukan tujuan yang terlalu realistis. Namun, cara jalan mewujudkan tujuan itu harus realistis.

“Hal yang saya ingat saat kecil ingin membuat orang lain bahagia, tetapi juga bahagia dengan cara orang-orang berpikir. Banyak orang hanya terpaku dengan goals spesifik mereka. Namun, ketika mereka tidak mampu mencapainya maka gagal. Nah, itu merupakan cara pandang yang harus diubah. Hal yang terpenting, kita melakukan apa pun hal itu dengan cara jalan yang realistis secara optimal sehingga tercapailah tujuan tersebut. Kalau kita tidak bisa mencapai tujuan spesifik tersebut bukan berarti kamu gagal, sebab  kamu sudah melewatinya dengan berbagai tahapan-tahapan yang konkret untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Andovireska.

Dasar utama menentukan goals itu ada 2, yakni kamu harus tau dirimu sendiri dan apa sih yang membuat kamu resah. “Ketika kamu paham dan tau dirimu sendiri, maka kamu akan tau hal yang membuat diriku resah. Dari pondasi dan dasar itu, kamu bisa menarik benang merah tentang goals yang ingin dicapai,” ujar Andovireska. Partisipan sangat aktif bertanya hingga tak semua pertanyaan terjawabkan karena keterbatasan waktu.

“Masalah goals nih, what do you think about orang yang dia udah gagal di beberapa planning yang dia suka. Lalu dia mencoba plan baru yang tidak terduga yang mana dia tidak suka, tetapi bisa menjalaninya. How?” tanya Wuri. “Menurutku nggak masalah. Kenapa? karena banyak orang mungkin merasa kehidupan ini black atau white, yes or no, A atau B. Apa salahnya ketika kamu menjalankan suatu plan yang tidak kamu suka? nggak salah kan. Pasti jelas susah tapi kan bukan berarti nggak bisa. Orang-orang kalo udah susah ya udah nggak bisa. Nah, mindset inilah yang harus diubah, gitu.” jawab Andovireska.

Pertanyaan partisipan berikutnya yang cukup menarik, “Saya pribadi punya masalah, misalkan ada orang yang bilang kamu tuh harus punya banyak kompetensi diri gitu. Namun, hal ini bertentangan dengan kepercayaan saya bahwa kompetensi tidak harus banyak, sedikit saja cukup asalkan kompeten dalam hal itu. Nah, menurut Bang Dovi, itu sebaiknya banyak atau sedikit tapi ahli?” tanya Kiranda.

“Tahap pertama adalah nggak masalah orang multitalenta dan juga nggak masalah hanya sedikit talenta. Hal yang aku sukai darimu adalah kamu berhasil mengidentifikasi diri dan berani speak up kekurangan atau kelebihanmu. Tahap inilah yang tidak banyak orang bisa dalam situasi dan kondisi ini. Banyak orang yang harus berusaha mengenal secara dalam dirinya untuk berani speak up. Nah, jangan dengarkan kata orang-orang, kalau kamu sudah yakin ya sudah lakukan saja, tetapi dengan catatan tekuni hal itu,” jawab Andovireska. Setelah sesi kedua selesai, webinar ini ditutup dengan pengumuman pemenang lomba CokFest yang telah diselenggarakan sebelumnya.

 

 

Penulis: Putri Faradila I

Editor: Rizky Fadilah