“Keberanian itu menular.” WikiLeaks, situs internet “produk” Julian Assange ini membeberkan dokumen-dokumen rahasia berbagai negara dan perusahaan internasional. Bertindak atas dasar sikap bahwa informasi adalah hak semua orang dan pentingnya keterbukaan peme rintahan. Diklaim sebagai jurnalisme cyber model baru.
Kemajuan teknologi, dalam hal ini jaringan internet, telah membawa tatanan baru perpolitikan internasional. Arus-arus diplomatik antar negara, tak jarang bersifat sangat rahasia, yang melewati jaringan maya internet menjadi bumerang dan menjelma menjadi monster menakutkan bagi para pemangku kepentingan informasi tersebut. Kawat-kawat diplomatik yang bersifat rahasia banyak terbongkar dan menguap ke khalayak karena sebuah situs bernama WikiLeaks. Orang-orang yang berkepentingan langsung dengan informasi rahasia tersebut bak kebakaran jenggot. Beragam reaksi muncul, baik bagi situs WikiLeaks sendiri maupun bagi yang memiliki informasi yang telah bocor.
WikiLeaks pun tidak ketinggalan ikut “menggoyang” Indonesia. Harian Australia, The Age, Jumat (11/3/2011), memuat berita utama tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Laporan harian itu direlease berdasarkan kawat-kawat diplomatik rahasia kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta yang bocor ke situs WikiLeaks. (Kompas.com)
Dalam konteks ini kemunculan WikiLeaks diklaim sebagai media baru dengan fungsi cyber investigative journalism, cyberresistance atau cyberprotest sebagai bentuk cyberactivism di dunia virtual politik. WikiLeaks sebagai media informasi baru yang menarik perhatian dari khalayak cyberactivist dan hacker-activist.
Jurnalisme model baru, mungkin itu yang mereka janjikan. Tergabung dari beberapa sukarelawan dan aktivis mereka bergerak dan meyakini bahwa media dunia kurang independen sehingga daya kritiknya tumpul terhadap pemerintah dan lembaga yang ada. Di sini lah WikiLeaks muncul sebagai media radikal yang mengusung suara perlawanan.
Demokrasi global, hal yang diharapkan dari pembawaan informasi-informasi yang ada. Walaupun akan sedikit terkesan sebagai sebuah “tontonan rahasia”.
Akan tetapi memang tak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini rahasia memang kian menjadi sebuah tontonan. Di sini politik menjadi sebuah tontonan, dikupas, ditelanjangi, dan secara otomatis terhakimi oleh masyarakat yang terkena imbas tontonan rahasia tersebut. Bagi masyarakat internasional yang sadar diri dan sadar politik, informasi dunia maya yang ditawarkan WikiLeaks dapat menjadi alternatif “media pertempuran” dalam melawan tirani dan rezim kerahasiaan dan menentang dominasi global.
Membuat orang berfikir kembali tentang apa yang dia yakini saat ini terhadap pemerintah. Mungkin itu yang terjadi setelah orang tahu apa yang dibocorkan oleh WikiLeaks. Di mana dalam kehidupan bernegara di manapun berada, selalu ada konspirasi-konspirasi golongan tertentu untuk melanggengkan kekuasaan, bahkan tidak jarang memutarbalikkan fakta untuk kepentingan tertentu.
Berbicara tentang keabsahan yang barang tentu menjadi pertanyaan dasar yang sederhana sekaligus krusial. Demikian juga dengan nilai keabsahan dari WikiLeaks ini sendiri. Bagaimana orang memperlakukan informasi yang diterima dari situs ini akan bergantung akan sikap kritis individu dan sikap masing-masing sebagai warga Negara. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah secara tidak langsung kemunculan WikiLeaks telah membawa babak baru demokrasi, dalam hal ini demokrasi digital.
WikiLeaks, dalam keberjalanannya pun diikuti oleh situs-situs serupa. Sebut IndoLeaks, yang berperan sebagai WikiLeaks-nya Indonesia. Dan selain situs tersebut bermunculan pula situs-situs yang berisikan informasi dan argumentasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan.
Inilah babak baru demokrasi, di mana internet menjadi sebuah mediator. WikiLeaks memulai kiprahnya, dan mampu mempelopori situs-situs lainnya untuk muncul dan berdemokrasi ria. Melalui hal ini pula mulai bangkit peran aktor non-negara di kancah politik global.
Inilah WikiLeaks, Inilah sebuah awal babak baru demokrasi. Demokrasi Digital! []
Oleh: Dhimas Bagus S.U. (Mahasiswa Informatika FMIPA UNS 2009)