Koleksi pribadi naskah kuno, babad Kraton Paku Alaman (kiri) dan serat jatiswara (kanan) milik Erwin Dian Rosyadi yang dipamerkan dalam Festival Naskah Nasional III. (Pewarta Foto: Qarina Azza/LPM Kentingan)

Auditorium UNS Diserbu “Kenangan”

(Agus Utomo)

 

Surakarta, saluransebelas.com – Auditorium UNS diserbu puluhan naskah kuno koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan Perpustakaan UNS sejak Senin, 25 September 2017 sampai Jumat 29 September 2017. Koleksi naskah kuno yang dipamerkan PNRI berjumlah sekira 50 naskah yang dihimpun dari pelbagai daerah di Indonesia, seperti Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Pakualaman, Yogyakarta, Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, Surakarta dan Keraton Pamekasan, Madura, serta dari beberapa instansi dan perorangan saling memamerkan koleksi naskah-naskah kunonya.

 

Namun ada tiga stan yang masih kosong, dari Keraton Yogyakarta, Keraton Sumenep dan Gramedia. Menurut Daryono tidak ada konfirmasi dari ketiganya.Naskah dan manuskrip yang dipamerkan berupa buku, daun lontar dan manuskrip dari bilah bambu.

 

Di gelaran yang bertema Naskah Kuno sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Nusantara: Memperteguh Kebhinekaan dan Memperkuat Restorasi Sosial ini, stan PNRI pun turut memamerkan Naskah Babad Diponegoro yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran Memory of World (MoW). MoW merupakan program UNESCO yang ditujukan untuk melestarikan kekayaan bangsa-bangsa di dunia. Usaha ini diwujudkan dalam bentuk menghimpun dan menjaga pusaka dokumenter demi memori kolektif bangsa-bangsa di dunia.

 

“Kami tidak hanya sekadar merawat dan menyimpan naskah-naskah kuno ini, namun melalui Festival Naskah Nusantara, naskah-naskah ini bisa dikenal luas dan tentu saja bisa diakses.“ Kata Daryono, Ketua Panitia Festival Naskah Nusantara. Menurutnya, selama ini naskah-naskah kuno hanya di simpan di museum saja, jarang masyarakat bisa mengetahui dan mengakses naskah-naskah kuno ini.

 

Pihak Perpustakaan UNS, selaku tuan rumah gelaran memamerkan tiga koleksi yang berasal dari hibah mantan Rektor UNS, dr. Prakosa dan Dr. Hartini. Ketiga naskah kuno tersebut yakni; Serat Nawi Ingkang; karangan anonim, Serat Bratayudha; karangan Empu Sedhah dan Serat Sandi Wanita; karangan Paku Alam. Semuahnya berbahan kertas buatan Eropa dan ditulis dengan aksara Jawa kuno.

 

Pihak Perpustakaan UNS sendiri rupanya tidak memajang naskah hibah dari Universitas Leiden, karena dianggap belum cukup tua untuk dianggap sebagai naskah kuno. Menurut Daryono, manuskrip atau naskah bisa dikatakan naskah kuno ketika naskah diterbitkan pada abad 19 ke bawah. Sementara naskah hibah dari Leiden dicetak pada abad 20.

 

Pihak Javanologi UNS juga mengirimkan satu naskah kuno. Dari pihak museum UNS mengirimkan dua naskah yang tidak cukup kuno, tentang naskah berdirinya UNS dari abad 20. Lalu dari Perpustakaan FIB UNS hanya ada satu kotak kaca koskong zonder isi di stannya.

 

Selain dari instansi resmi, dalam gelaran ini juga terdapat naskah kuno koleksi dari perorangan. Seperti dari Perpustakaan Erwin milik Erwin Dian Rasydi. Erwin menghadirkan juga sekira 50 koleksi naskah kunonya. Salah satunya Babad Dipanegara tulisan Sultan Agung. Juga terdapat Babad Pakualaman dan Mushaf Al Quran serta banyak koleksi dari daun lontar yang dipamerkan dalam keadaan terlipat dan tak berjudul.

 

Festival Naskah Nusantara di UNS merupakan festival ketiga yang dilaksanakan PNRI. Dua tahun sebelumnya, festival ini dilangsungkan di Jakarta. “Ini sesuai dengan MoU antara PNRI dan Perpustakaan UNS, bahwa tahun ini akan dilaksanakan di UNS.” Kata Daryono ketika ditemui di Auiditorium UNS.

 

Menurutnya, festival kali ini berbeda dari dua tahun lalu, “tahun kemarin lebih ke umum, namun sekarang lebih ke kaum intelektual, makanya kami adakan di UNS, karena dekat dengan mahasiswa,” katanya.

 

Pernyataan Daryono itu pun diperkuat oleh pernyataan Kepala Perpustakaan UNS, Muhammad Rohmadi. Ia mengaku pihak UNS sudah mengundang seluruh mahasiswa dan pelajar se-Solo raya untuk mengunjungi pameran naskah kuno ini. “Tadi (Selasa 26/8) kami datangkan lima kelas dari SMA 7 Surakarta, sekitar 100 orang kami suruh datang,” katanya.

 

Agenda gelaran selama lima hari ini dibarengi dengan pelbagai acara lain, seperti Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara, Workshop Aplikasi Kandungan Informasi Naskah Nusantara, Pertunjukkan Seni, Diskusi, dan Pagelaran Ketoprak Wismokarman UNS yang akan diadakan pada hari terakhir gelaran ini.[]