Ilustrasi: Ayra Adlina Mahanani Zahra/ LPM Kentingan

Aku Benci Puisi

Aku benci puisi, katanya

Ungkap seseorang yang telah berkali-kali disakiti oleh penjahat kata

Memutuskan untuk selalu berenang di kubangan air mata

Menunggu tuannya pulang dari perantauan ditemani semburat jingga

 

Aku benci puisi, katanya

Ungkap seseorang yang menyimpan banyak dusta

Lalu semuanya berhasil dibongkar oleh bait-bait tak berdosa

Sejak saat itu ia tak lagi memiliki harta untuk dibawa kemana-mana

 

Aku benci puisi, katanya

Ungkap seseorang yang kerap ditertawai oleh deret rima

Konon hidupnya memang niskala nan nirmakna

Ia berakhir kabur ke tempat yang tak ada siapa-siapa

 

Aku benci puisi, katanya

Ungkap seseorang yang memiliki utang pada sajak buta

Menyaksikan sendiri bagaimana netranya dibawa pergi oleh penyair tak bernama

Lalu ia berjanji akan kembali membawa warna dunia pada sosok di ujung sana

 

Aku benci puisi, katanya

Ungkap seseorang yang sepanjang malam menghabisi segerombolan aksara

Mereka bermodal niat sedang ia hanyalah nekat

Mencengkeram pena erat-erat untuk dihunuskannya sebagai senjata

Ah, dia lupa bahwa si lancip inilah yang menciptakan mereka

 

Aku benci puisi, katanya

Diksi yang keluar dari para penyair tua itu seolah menamparku, ungkapnya

Mereka terlalu banyak membeberkan rahasia keluargaku, imbuhnya

Termasuk ketika ayah dan ibu terus berdebat tak mengenal waktu, lalu ia berlari ke rumah untuk memastikan bahwa adiknya baik-baik saja

Penulis: Jasmine Aura Arinda