Ilustrasir: Raulliano Bagus A/LPM Kentingan

MENGAPA ORANG-ORANG BEGITU KEJAM DI MEDIA SOSIAL?

Media sosial begitu lekat pada kehidupan sebagian dari kebanyakan manusia terutama bagi yang memiliki ponsel pintar atau bahkan laptop. Adanya akses terhadap sebuah teknologi, kita semua bisa dengan mudahnya pula mengakses ataupun mengetik apapun itu di media sosial. Saya sempat iseng membuka Instagram lalu menemukan sebuah postingan akun @potonganfilm pada Rabu (27/11/2020). Di sana menyebutkan bahwa pada film Fantastic Beast di sekuel terbarunya, pemeran dari Gellert Grindelwald yang sebelumnya diperankan oleh Johnny Depp digantikan oleh Mads Mikkelsen. Hal ini dikarenakan isu yang berkembang bahwa Johnyy Depp tersandung masalah dengan Amber Heard (istrinya) yang sempat menghebohkan kancah dunia hiburan beberapa pekan yang lalu. Ketika membuka segmen kolom komentar, saya sempat mengelus dada. Komentar yang begitu liar bermunculan, seperti “Amber Anj***, Amber Baji****” dan segala jenis kata kasar lainnya. Sebenarnya ungkapan seperti ini dapat ditemui di berbagai platform media sosial. Akan tetapi, mengapa orang-orang begitu kejam dan mempunyai tendensi untuk mem-bully orang lain dengan begitu teganya?

Ternyata pertanyaan sepele itu sudah dibahas diberbagai penelitian, lho!. Menurut para ahli, sosial media mempunyai kontribusi yang begitu besar kepada perilaku yang kejam. “Orang-orang selalu merasa mereka harus berbagi tentang pendapatnya di segala hal, dimana pun, kapan, meskipun pendapatnya didukung oleh pegetahuan yang minim akan hal itu”, Kata Danny Wallace penulis buku “Fu** You Very Much: The Surprising Truth About Why People Are So Rudenin” dilansir dari Psychology Today.

Sebuah jurnal penelitian, Journal of Personallity and Individual Differences (2014) mengungkap bahwa dapat mengetahui riwayat dari seorang pengguna internet berdasarkan frekuensi dari komentar mereka di media online. Hasil dari penelitian itu menyebutkan ada korelasi pola hubungan yang serupa antara Trolling dan Dark Triad: di mana munculnya sifat sifat narsistik, psikopat dan Machiaveliianisme. Penelitian inipun juga menemukan adanya perbedaan tentang Cyber Trolling dan perdebatan biasa.

Pada jurnal penelitian lain, Computers In Human Behaviour (2012) yang diterbitkan oleh University of Haifa menyebutkan bahwa terdapat 3 variabel yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku secara kejam entah di kehidupan secara langsung atau di media sosial. Salah satunya karena kurangnya kontak mata terhadap manusia secara langsung.

Berbuat kejam atau marah-marah di media sosial ternyata juga berimbas kepada masalah kesehatan. Seperti dilansir dalam Psychology Today bahwa perilaku kekejaman itu seperti zat Neurotoxin. Zat yang memiliki efek negatif terhadap sistem saraf. Di mana akan berdampak pada cara kita berpikir, bereaksi, ataupun merasakan suatu hal. Hal ini sangat mempengaruhi fungsi eksekutif kita dan memiliki hubungan langsung dengan kesehatan otak.

Seperti kata Danny Wallace, “Kekasaran adalah pembunuh yang tidak terlihat dan yang belum kita anggap secara serius. Ini dikarenakan kita hanya melihat efek dari perilaku buruk atau agresif yang muncul dari lobus frontal¬ yang dimana kita membutuhkannya untuk kerja memori, konsentrasi, dan pemecahan masalah. Nyawa pun jadi taruhannya”, dilansir dari Psychology Today

Ketika kita memperkirakan bahwa media sosial memiliki potensi yang berlipat tentang kekerasan, kita bisa memulai dengan menganalisanya tentang apa yang kita hadapi. Entah itu mengenai perilaku kekejaman yang kita lakukan atau yang kita terima terkadang interaksi secara langsung mengakibatkan efek yang dialami lebih bertahan lama daripada interaksi digital. Akan tetapi, tidak terlepas kemungkinan bahwa kita dapat diperlakukan dengan kekerasan baik ketika sedang enak-enaknya ngopi maupun ketika sedang di tempat umum, tempat kerja, stasiun, Instagram, Facebook, hingga Twitter. Kadang-kadang jika kita terlalu berlebihan menerimanya kemungkinan akan berimbas pada kesehatan kita sendiri.

Tidak ada yang melarang bermain media sosial namun yang perlu dicegah adalah perbuatan atau perkataan yang bisa menyinggung orang lain dengan alasan yang tidak begitu jelas. Masakiya, mau marah marah gajelas mulu di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari, mbok ya sadar kesehatanmu itu lho!

Penulis: Muhammad Achmad Afifuddin
Editor: M. Wildan Fathurrohman
Ilustrator: Raulliano Bagus Aguiera