SURAKARTA, KRNH UNS – Penulis Cinta Tak Pernah Mati di Kota Rumi, Dr. (H.C.) K.H. Husein Muhammad, menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan cinta sebagai kunci utama transformasi peradaban. Menurutnya, perubahan dari peradaban jahiliyah menuju peradaban kemanusiaan hanya bisa terjadi melalui pengetahuan, sementara cinta merupakan kekuatan yang mampu menghapus kebencian dan membangun kasih sayang di antara manusia. Hal ini disampaikannya dalam Kajian Akbar Tarhib dan Grand Opening Kampus Ramadan Nurul Huda Universitas Sebelas Maret 1446 H, Surakarta, Ahad (23/2).
Acara ini bertujuan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hakikat ibadah puasa dan bagaimana bulan suci ini menjadi manifestasi cinta Ilahi. Buya Husein Muhammad menjelaskan bahwa Ramadan bukan hanya sekadar bulan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sebagai momen transformasi peradaban yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan cinta. “Kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan, hanya cahaya yang dapat melakukannya. Kebencian tidak akan bisa menghapus kebencian, hanya cinta yang dapat menghapusnya,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa esensi puasa adalah pengendalian diri dan meditasi. “Takwa itu adalah pengendalian diri. Ada dua potensi dalam diri manusia, yakni potensi malaikat dan potensi iblis. Puasa menjadi sarana utama untuk mengendalikan dua potensi ini agar kita senantiasa berada dalam ketakwaan kepada Allah.”
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta bertanya mengenai mengapa Allah menciptakan keraguan terhadap eksistensi-Nya. Menjawab hal ini, Buya Husein mengutip hadis qudsi, “Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk, karena mereka Aku dikenal.” Ia menegaskan bahwa semua manusia pada dasarnya mengakui keberadaan Allah, tetapi ada yang memilih untuk menolak kebenaran-Nya karena alasan tertentu.
Kajian ditutup dengan pernyataan kuat dari Buya Husein Muhammad mengenai makna puasa dalam Islam. “Puasa bukanlah sesuatu yang membuat manusia menderita, tetapi sebuah latihan untuk menguatkan jiwa. Ini adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya, karena dengan pengendalian diri, manusia dapat mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi,” pungkasnya.
Kajian ini memberikan perspektif mendalam mengenai Ramadan sebagai manifestasi cinta Ilahi. Puasa bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga latihan spiritual yang mengajarkan manusia tentang keadilan, kasih sayang, dan pengendalian diri. Dengan ilmu pengetahuan sebagai cahaya yang menerangi jalan menuju peradaban yang lebih baik, Ramadan menjadi momen penting dalam membentuk manusia yang lebih beradab dan bertakwa.
Penulis: Tim Humas KRNH UNS
Editor: Rohmah Tri Nosita