Taman Satwa Taru Jurug masih sepi pengunjung.

TSTJ, Antara Ada dan Tiada

Beberapa anak dari sebuah Taman Kanak-kanak (TK) sedang asik bermain dengan patung singa. Memang, mayoritas pengunjung Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) adalah anak-anak. Itupun masih belum mampu membuat TSTJ terlihat hidup. Koleksi taman satwa yang diresmikan pada Januari 1976 ini sebenarnya cukup beragam. Gajah Sumatera, Harimau Sumatera, Buaya Muara, Elang Jawa, serta satwa-satwa khas nusantara lainnya, siap menjadi sarana pendidikan bagi pengunjung. Sayang, fasilitas yang kurang memadahi dan kondisi TSTJ yang terkesan kumuh di beberapa titik menjadi penghalang datangnya pengunjung. Padahal, bila dikelola dengan baik, TSTJ akan bisa menjadi salah satu icon wisata kota Surakarta.

Taman Satwa Taru Jurug masih sepi pengunjung.
Taman Satwa Taru Jurug masih sepi pengunjung.
Lutung, salah satu koleksi mamalia TSTJ.
Lutung, salah satu koleksi mamalia TSTJ.
Akuarium ikan air tawar yang sudah tidak beroperasi dan kondisinya terbengkalai.
Akuarium ikan air tawar yang sudah tidak beroperasi dan kondisinya terbengkalai.
Salah satu sudut danau yang dipenuhi sampah.
Salah satu sudut danau yang dipenuhi sampah.
Salah satu dari dua Harimau Sumatera di TSTJ.
Salah satu dari dua Harimau Sumatera di TSTJ.
Anak-anak tengah bermain-main dengan patung singa.
Anak-anak tengah bermain-main dengan patung singa.
Buaya Muara menunggu mangsa.
Buaya Muara menunggu mangsa.
TSTJ juga menjadi lahan pekerjaan bagi pedagang cinderamata.
TSTJ juga menjadi lahan pekerjaan bagi pedagang cinderamata.
Mekarnya merak hijau.
Mekarnya merak hijau.
Elang Jawa nan perkasa.
Elang Jawa nan perkasa.

Foto & Teks: Satya