(Syaumi Khoirun Nisa, Wanda Chacha)
Surakarta, saluransebelas.com – Menanggapi aksi akun Facebook yang mengatasnamakan dirinya Nyai Kobong, Wakil Presiden BEM UNS, Wildan Wahyu Nugroho memilih tak menggubris. “Saya tidak tahu bergeraknya mereka untuk apa, apakah untuk pemerintahan mahasiswa agar benar-benar tidak ada atau biar demokrasi ini runtuh. Saya melihat mereka lebih pada anti demokrasi,” kata Wildan saat ditemui Kamis (3/11) lalu.
Wildan sudah mengetahui akun Nyai Kobong dalam 2-3 bulan terakhir. “Saya enggak peduli dengan orang yang mengobrolkan itu. Jadi jika ada yang ngobrolin itu saya enggak ikut nimbrung,” tambahnya.
Nyai Kobong sendiri adalah akun Facebook yang dulunya bernama UNS Kobong. Di dinding akun, tercatat Nyai Kobong memulai kirimannya pada 9 Agustus 2016. Beberapa kirimannya memang menyinggung BEM UNS.
Seperti kiriman pada 11 September 2016 misalnya. “Pemira sebentar lagi, tapi kiprah Presiden kita yang sebelumnya untuk UNS, nggak tau apa, wan kawan, yang terlihat dia sering jalan-jalan ke jakarta, ketemu menteri, entah pakai uang siapa, terus yang terakhir jalan-jalan ke Kairo, pun untuk tujuan apa tidak jelas, dan yang pasti permasalahan-permasalahan di UNS, seperti UKT, kuliah 5 tahun, PTN BH, diabaikan.” “Presiden kita yang sebelumnya” yang dimaksud adalah Doni Wahyu Prabowo.
Di kiriman lain, Nyai Kobong berujar, “Kampus ini sudah seperti panci untuk masak mie instan, serba praktis, cepat, dan sangat terburu-buru. Ilmu melayang-layang, yang kencang hanya omelan cepat lulus, anjuran jadi sarjana praktis, sedang dosen sudah seperti koloni saja, yang sering mbolos, tapi menuntut mahasiswanya pintar, bahkan kalau tidak pintar pun disulap seolah pintar saja dengan meloloskan penelitian-penelitian, dan merasa telah selesai dengan kewajiban.”
Menjelang Pemilu UNS tahun ini, bahkan beredar poster-poster yang menyindir BEM UNS. Poster bertuliskan “BEM Musuh Mahasiswa” dan poster bergambar sosok mirip Presiden BEM UNS 2016, Doni Wahyu Prabowo dengan mata disensor ditemui saluransebelas.com di beberap titik. Di poster-poster tersebut, logo “API” selalu tercetak. Hingga kini, belum jelas siapa dalang di balik akun Nyai Kobong dan poster-poster tersebut.
“Kobong ini kan berarti kaitannya dengan api. Saya enggak tahu apakah mereka penginnya enggak ada demokrasi di UNS apa politik seperti ini harus hilang. Karena saya pikir mereka bukan orang yang bertanggung jawab. Jika mereka tidak suka, ngobrol [dan] diskusi aja,” ungkap Wildan.
Ajakan Dialog
Sementara itu, Ketua KPU UNS, Ardyan Gilang Ramadhan mengaku tidak mengetahui banyak soal Nyai Kobong. Ia justru mengajak dalang Nyai Kobong untuk berdialog.
“Mari kita berdialog kalau memang itu perlu. Tidak hanya nemplekke ngono tok, pamflet enggak jelas. Kita sambut dengan baik jika teman-teman [Nyai Kobong] mau berdialog, berdiskusi, dan seterusnya,” kata Ardyan, Selasa (1/11) lalu. Ia juga mengatakan, proses Pemilu tahun ini akan berjalan seperti biasanya. “Pemerintahan harus tetap berjalan, Pemilu harus tetap berjalan.”
Ketua DEMA UNS, Amar Farizi, ditemui Rabu (2/11) lalu, memilih bersikap positif. “Aku ambil aja sikap positifnya sih. Ibaratnya mereka pengin mengkritisi, pengin menasehati. Mungkin caranya kayak gitu biar terlihat [orang banyak]. Kalau biasa aja kan, kayak perhatiannya kurang. Nah, kalau kayak gitu kan mungkin jadi sebuah hal yang wow.”[] (Penyunting: Satya Adhi)