Foto: Badan Eksekutif Mahasiswa UNS

SERUAN SELAMATKAN KPK! BERKOBAR DI BOULEVARD UNS

Senin (7/6/2021) pukul 15.00 WIB Aliansi SEMARAK (Sebelas Maret Anti Korupsi) beserta massa eksternal menggelar aksi teatrikal dan panggung demokrasi yang bertajuk “Selamatkan KPK”di Boulevard UNS. Aksi ini diawali dengan parade menuju Boulevard, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan menaburkan bunga ke keranda bertuliskan “KPK” sebagai simbol telah ‘matinya’ KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia. Acara dilanjutkan dengan orasi dari masing-masing perwakilan BEM Fakultas dan eksternal yang bersangkutan, kemudian ditutup dengan pembacaan tuntutan.

Antusiasme peserta yang datang langsung ke Boulevard UNS juga sangat besar. Sekitar 70 peserta aksi terlihat berkumpul sore itu di lokasi. Selain itu, protokol kesehatan tetap dilaksanakan dengan menyediakan hand sanitizer, himbauan kepada peserta untuk menggunakan masker, dan menjaga jarak satu meter.

Seperti yang kita tahu, pengendalian korupsi di Indonesia memang masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penanganan kasus-kasus besar seperti kasus BLBI, benih lobster, suap dirjen pajak, bansos, dan sebagainya yang masih belum tuntas. Sejumlah kasus besar ini juga belum mendapatkan prioritas dan kejelasan di bawah kepemimpinan Firli Bahuri selaku Ketua KPK, sehingga KPK dirasa kehilangan muruahnya. Berangkat dari hal tersebut, sejumlah mahasiswa UNS pun berteriak “Yang diberantas itu KPK atau korupsi?”

Tak ingin korupsi berkembang layaknya amoeba yang membelah diri, orasi pun didengungkan dengan berani sambil menyerukan generasi muda agar menanamkan jiwa antikorupsi serta melawan siapa saja yang berusaha melemahkan KPK. Maka dari itu, seruan untuk mundurnya Firli Bahluli dari kursi jabatan disuarakan dengan lantang oleh mahasiswa yang tak ingin KPK dilemahkan, dikebiri, dan disuntik mati.

Di akhir aksi, Zakky Musthofa Zuhad selaku Presiden BEM UNS menyatakan 5 tuntutan dalam Aksi Selamatkan KPK. Pertama, mendesak Ketua KPK untuk mencabut SK 652 Tahun 2021 atas penonaktifan 75 pegawai KPK. Hal ini dikarenakan Tes Wawasan Kebangsaan yang dianggap cacat formil dan secara substansi mengandung rasisme, terindikasi pelecehan, serta mengganggu hak privasi dan beragama. Kedua, mendesak presiden untuk bertanggung jawab dalam kasus upaya pelemahan terhadap KPK. Ketiga, meminta Ketua KPK Firli Bahuri untuk mundur dari jabatannya karena dianggap telah gagal menjaga integritas dan muruah KPK dalam pemberantasan korupsi. Keempat, mendesak KPK agar menjaga muruah dan semangat pemberantasan korupsi. Kelima, menuntut KPK agar segera menyelesaikan permasalahan korupsi seperti kasus bansos, BLBI, benih lobster, suap dirjen pajak, dsb.

“Kami sebenarnya memprioritaskan seluruh tuntutan, tetapi yang jelas itu poin pertama untuk segera mencabut SK terkait penonaktifan 75 pegawai. Problematika terkait TWK ini harus segera diselesaikan. Yang kedua, KPK untuk segera fokus ke muruahnya. Segera fokus untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi yang ada (yang besar) seperti BLBI, bansos, dll. Tetap difokuskan ke situ, jangan kemana-mana”, jelas Rifki Hananto selaku Humas Aliansi SEMARAK terkait poin tuntutan yang diprioritaskan.

Selain bertujuan untuk mengumandangkan lima tuntutan kepada KPK, aksi yang digelar oleh Aliansi SEMARAK ini juga dijadikan sebagai sarana pencerdasan kepada masyarakat sekitar dan warga di sosial media agar memiliki kesadaran bahwasanya ada permasalahan besar yang sedang terjadi di Indonesia utamanya terkait penanganan korupsi. Jadi, selain mahasiswa yang turun ke jalan dan mengikuti aksi ini, mahasiswa yang memilih tetap di rumah diharapkan juga dapat menyebarluaskan aksi Selamatkan KPK di media sosial sehingga dapat dijangkau secara nasional.

Melalui adanya aksi ini, diharapkan presiden dapat segera melakukan tindakan tegas dan konkret untuk menegur pimpinan-pimpinan KPK yang bermasalah supaya KPK berada di muruahnya dan dapat fokus melakukan tindakan pemberantasan korupsi. Sedangkan harapan Ferro Cahya Nagara, salah satu peserta aksi, ialah menyadarkan seluruh rakyat Indonesia bahwa perkara korupsi ini sangatlah gawat sehingga perlu segera ditangani. “Saya berharap orasi teman-teman di depan bisa menyosialisasikan ke kita semua bahwa sebenarnya KPK sedang dilemahkan dan negeri ini tidak sedang baik-baik saja”, ungkap Ferro.

Penulis : Sabila Soraya, Tamara Diva, Ade Safana Alawiyah
Editor : Aulia Anjani