SAAT KELELAHAN BERLOMBA MENGEJARMU DI JALAN RAYA
: Kinanthi Anggraini
tanggungjawab tergesa-gesa membangunkanmu, kekasihku
dari bujuk selimut, bantal, dan udara dingin gunung lawu
rasa malas menjadi musuh utama yang kau tikam lebih dulu
lalu jalan berkabut, tanjakan-turunan curam, liku berbatu
kau tunjukkan padaku tentang pelajaran hidup sepagi ini
tentang bagaimana berjuang menghadiri kelas kisah fiksi
meski ia sosok berwajah dingin yang tak terlalu kau sukai
terlebih kau memilih kawan karib yang kau panggil puisi
ratusan kilometer memang tak berarti bagi sepasang roda
yang terhubung dengan tenaga mesin muda bernama honda
bagi tubuh mungil dengan cengkeraman tangan tak seberapa
tetap kelelahan akan berlomba mengejarmu di jalan raya
adakah yang lebih syahdu diucapkan kekasih selain doa
yang menyambut di perbatasan karanganyar dan solo kota:
semoga perjalananmu menemukan apa yang kau tuju
semoga marabahaya sungkan mendekati dan menyapamu
Surakarta, 2013
PELAJARAN MENGUKIR
cobalah berkenalan dengan ragam jenis kayu
yang telanjur mengenal gergaji terlebih dahulu
ketamlah hingga jinak dengan kulit tanganmu
agar kalian lebih mudah untuk bersekutu
bayangkan apa saja yang pernah kau lihat
yang bisa dilukis sebening-bening mengingat
kemudian jodohkan dengan sisi-lekuk pahat
agar niat dan hasilmu tak beda-beda amat
ketuklah tegas tangkai pahatmu dengan godam
usahakan tersusun dari bahan yang seragam
begitulah cara terbaik membunuh dendam
jika satu tergores, yang lainnya lebam
dengarkan kayu, pahat, godam beriringan merapal
mantra jatuhnya serpih kayu menjadi tumpukan tatal
tak perlu bersikeras menghitung, apalagi menghafal
terimalah gugur bak perihal, bukan semacam tumbal
Surakarta, 2013
SURGA JATUH DI KARIMUNJAWA
mual, mabuk, dan kawan-kawannya lenyap seketika
saat kali pertama kau pijakkan kaki di bibir dermaga
laut serta langit saling bercumbu di batas cakrawala
tontonan sebelum pasir menyambutmu bak mutiara
rasanya, surga benar-benar jatuh di karimunjawa
menikmati senja di antara barisan perahu nelayan
sama halnya menyantap kerang, kepiting, ikan-ikan
bagi perut yang lama tak dikunjungi aroma makanan
maka tempat mana lagi yang ramah bagi kesepian
juga jiwa yang bosan dengan kicau keramaian
di sinilah kau temukan pulau tanjung gelam
surga bagi para pengembara serta penyelam
tempat menguburkan perih yang paling dalam
sebelum kau mengarungi pesona angin malam
menyambut esok dengan spirit paling legam
apalagi yang dikenang dari tualang samudera
selain pengalaman snorkeling di pulau cemara
menyelam di antara ikan nemo dan kura-kura
mencumbui ikan hiu yang bertingkah manja
bermalam di tenda yang diapit pohon kelapa
lalu apa yang menyegarkan selain kelapa muda
minuman yang piawai untuk menikam rasa dahaga
saat tenggorokan mulai geli digelitik oleh asin laut
saat hidupmu serupa gelombang pasang-surut
dan mimpimu penuh rasa cekam dan takut
Jepara , 2013
Lasinta Ari Nendra Wibawa, S.T., lahir di Sukoharjo, 28 Januari 1988. Menulis puisi, cerpen, geguritan, karya ilmiah, reportase, novel, dan esai. Karyanya pernah dimuat di 43 media massa, antara lain Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia, Jawa Pos, Sabana, Sabili, Annida, Indopos, National Geographic Indonesia, Gradasi, Psikologi Plus, Jurnal Puitika, Gaul, Keren Beken, Aneka Yess, Pena, MOP, Jurnal Al Ma’arij, Jurnal Tanggomo, Sriwijaya Post, Haluan, Metro Riau, Solopos, Joglosemar, Radar Bogor, Radar Surabaya, Pontianak Post, Banjarmasin Post, Kendari Pos, Cenderawasih Pos, dan Suara Merdeka. Buku kumpulan puisi tunggalnya yang berjudul Alpha Centauri (Shell, 2012) menjadi referensi di Library of Congress, Cornell University, Michigan, USA.