“Nenek moyangku seorang pelaut/ gemar mengarung luas samudra/ menerjang ombak tiada takut/ menempuh badai sudah biasa.” Begitulah kiranya gambaran masyarakat Indonesia dahulu. Seorang pelaut yang gagah berani dan pantang menyerah. Tak mengherankan jika di masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, kedua kerajaan itu memiliki armada maritim yang sangat kuat.
Selain itu, posisi strategis negara kita berada di antara dua benua: Asia dan Australia dan di antara dua samudra: Hindia dan Pasifik. Posisi ini membuat kedua kerajaan beda generasi itu semakin berjaya dan disegani kerajaan lain. Wilayah kekuasaannya yang mencapai hampir seluruh Asia Tenggara, membuat dua kerajaan itu disebut sebagai negara nasional I dan II.
Namun pascapemerintahan Soekarno, perhatian pemerintah terhadap potensi laut kita semakin minim. Pemerintah terlalu sibuk mengurusi bidang agraris. Padahal luas laut yang dimiliki Indonesia adalah 5,8 juta km2 dan memiliki garis pantai terpanjang ke-4 dunia yaitu sekitar 104.000 km, yang belum dikelola secara baik. Sedangkan luas lahan pertanian semakin menyusut akibat pertumbuhan penduduk yang luar biasa besar. Tanpa maksud untuk mengesampingkan bidang agraris, sudah waktunya para capres dan cawapres yang nanti akan terpilih memprioritaskan kebijakannya pada potensi maritim kita.
Laut Indonesia itu unik, bervariasi dan indah. 6/7 spesies karang di dunia terdapat di laut Indonesia. Begitu juga dengan 5/6 spesies penyu di dunia. Mereka dapat ditemukan di lautan kita. Lokasi laut Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa pun sangat cocok sebagai tempat pemijahan ikan sehingga perikanan tangkap yang dapat dijual semakin melimpah. Karena terletak di khatulistiwa, perbedaan suhu yang ada di permukaan dan di dalam laut Indonesia cukup mencolok. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik melalui Ocean Termal Energi Conversion (OTEC). Pembangkit listrik model ini jauh lebih aman daripada pembangkit listrik tenaga nuklir.
Panjangnya garis pantai yang dimiliki dapat dimanfaatkan sebagai lokasi wisata yang memadai dengan pembangunan sarana dan prasarana objek wisata serta transportasi. Hal-hal lain yang dapat dimanfaatkan dari potensi maritim kita adalah pengeboran minyak lepas pantai, sarana transportasi antarpulau agar terjadi pemerataan distribusi hasil produksi atau perdagangan. Pasir pantai sebagai bahan dasar pembuatan kaca dan meminimalisir ilegal fishing oleh kapal asing. Semua ini adalah potensi besar untuk kejayaan Indonesia.
Laut jangan sampai hanya disebut-sebut pemanis politik. Tapi laut seharusnya mampu menjadi senjata pembangunan dan sarana pertahanan keamanan Indonesia untuk memajukan bangsa dan negara. Kita butuh presiden untuk Indonesia maritim. (Hanputro Widyono)