Foto: Muhammad Difa' Al Ghifari/LPM Kentingan

Pertunjukan Seni Spektakuler “SIRA: Sinergi Rasa”: Kolaborasi Epik ISI Surakarta dan Eta Margondang

Rabu malam (14/06), Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Surakarta) berkolaborasi dengan Eta Margondang, sebuah kelompok seniman terkenal dari Sumatera Utara, menggelar pertunjukan seni yang menghipnotis para penonton dengan keindahan dan keberagaman kreativitas. Acara yang diberi judul “SIRA: Sinergi Rasa” ini dihadiri oleh puluhan penonton dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, hingga Persatuan Masyarakat Batak Solo Raya. Dengan mengangkat subtema “The Sound of Lake Toba”, pertunjukan seni yang menggabungkan musik, tari, dan teater tersebut diadakan di Gedung Teater Besar ISI Surakarta yang didekorasi dengan indah untuk menciptakan atmosfer yang mempesona.

Projek “SIRA: Sinergi Rasa” ini sebelumnya telah diselenggarakan di tiga kota di Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Bandung, dan Jogja. Surakarta merupakan kota keempat yang dikunjungi sekaligus destinasi terakhir dari Projek “SIRA: Sinergi Rasa”.

 Direktur Rumah Karya Indonesia, Ojax Manalu, mengatakan bahwa tujuan utama dari pertunjukan ini adalah untuk melestarikan kearifan lokal melalui kesenian dan festival serta mengampanyekan keberagaman yang ada di Danau Toba. Keberagaman itu tidak dapat dilihat hanya dari satu perspektif saja, tetapi dari banyak perspektif. Diharapkan pertunjukan ini dapat mengedukasi masyarakat, utamanya generasi muda dalam mengenal kekayaan budaya Danau Toba.

Pertunjukan dimulai dengan pembukaan oleh MC, dilanjutkan oleh sambutan-sambutan dari pihak ISI Surakarta, Kemdikbud, dan Rumah Karya Indonesia. Pertunjukan pertama sebagai pembuka menampilkan pertunjukan Sira (ikon yang menyertai kehidupan masyarakat di Danau Toba), Huda-Huda, Dinggur, Ningkah, Sitolu Sada, Cintalao, dan Perbobah yang diiringi oleh musik dan dipadu dengan indah oleh orkestra.

Selain penampilan seni musik dan film dokumenter, ada pula pertunjukan tarian dan aksi teater dari Komunitas Mantra Gula Kelapa. Dengan kemampuan akting yang luar biasa, mereka berhasil menghadirkan kisah yang mendalam dan memikat perhatian penonton. Komunitas Mantra Gula Kelapa membawakan teater yang berjudul “Membelah Kabut.”

Sebelumnya, teater Membelah Kabut pernah dipentaskan beberapa tahun lalu di Javanologi UNS. Karya lawas yang disutradarai Fajar Satriadi ini cukup membuat takjub para penonton. Beliau sudah lama terjun di dunia seni, sampai pergi ke luar negeri untuk mengenalkan budaya Jawa kepada warga asing. 

“Menurut saya, tradisi itu keren, tradisi itu knowledgeable,” tutur Fajar Satriadi selaku sutradara sekaligus koreografer dari teater Membelah Kabut. Acara teater ini diselenggarakan untuk memperkenalkan budaya yang ada di Toba dan Jawa kepada generasi muda. Tak hanya dari generasi muda, mulai dari anak-anak hingga orang tua pun turut menghadiri teater SIRA ini. 

Acara ini juga memberikan kesempatan kepada seniman muda untuk tampil di hadapan publik. Beberapa mahasiswa ISI Surakarta memperlihatkan bakat mereka dalam seni tari, teater, dan musik. Mereka pun berkolaborasi dengan seniman-seniman asal Sumatera Utara.

Gelak tawa dan tepuk tangan yang meriah dari penonton ikut meramaikan acara teater ini. Teater yang disembahkan pada malam itu sangat memukau mereka. Valeria, mahasiswa dari salah satu kampus di Yogyakarta ini pun turut menanggapi keberlangsungan acara teater SIRA ini. 

“Ya kebetulan mengapresiasi teman-teman yang perform. Jadi betapa menyenangkannya kita saling support untuk berkarya,” ujar Valeria.

Walaupun acara diselenggarakan selama empat jam, namun para penonton tetap antusias mengikuti keberlangsungan acara teater ini. Setelah acara selesai, penonton dan para performer mengikuti sesi foto bersama. 

Setelah sukses menyelenggarakan pertunjukan seni di empat kota besar di Pulau Jawa, Eta Margondang sangat berharap bisa menjalankan proyek ini setiap tahunnya. Eta Magondang pun berharap dapat berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mengenalkan kebudayaan Danau Toba ke lebih banyak orang.

Tak hanya dari Eta Margondang, Sofi, penonton asal Kalimantan Timur pun ikut menyampaikan harapannya untuk acara-acara teater yang memperkenalkan budaya Indonesia. “Kalau aku harapannya semoga bisa sampai ke luar negeri ya. Soalnya kita aja amazed sama performance-nya,” kata Sofi.

 

Penulis: Aldini Pratiwi dan Kayla S. Naqiyya

Editor: Julia Tri Kusumawati