Seorang perempuan paruh baya terlihat begitu bersemangat, menyirami tanaman demi tanaman di hadapannya. Usianya yang sudah terbilang senja tidak mengurangi semangatnya menjadi petugas kebersihan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Ialah Lamini. Usianya yang sudah memasuki 58 tahun, tidak membuat ia berpangku tangan saja. Beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah bukanlah pilihannya untuk mengisi usia senjanya kini. Alasannya sederhana saja, ia ingin tetap hidup mandiri dan tidak terbiasa untuk menerima uang begitu saja dari anak ataupun suaminya.
Perempuan yang bertempat tinggal di Karangpandan, Karanganyar ini telah bekerja di UNS sejak delapan bulan yang lalu. Meskipun jarak yang ditempuh untuk mencapai UNS cukup jauh (sekitar 27 km, red) Lamini tidak pernah mengeluh. Setiap hari, 45 menit dalam hidupnya ia habiskan untuk perjalanan berangkat bekerja. Jam kerjanya dimulai sejak pukul 07.15 WIB sampai pukul 14.00 WIB, dengan jam istirahat pukul 12.00 WIB. Jika lembur, ia bekerja hingga pukul 16.00 WIB.
Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa pekerjaan sebagai petugas kebersihan adalah pekerjaan yang berat. Mereka menyapu jalanan, beberapa menit kemudian jalanan sudah kembali kotor oleh dedaunan yang gugur. Namun tidak bagi Lamini, pekerjaan yang lebih berat sudah pernah dijalaninya. Perempuan berkerudung ini pernah bekerja di proyek bangunan. Namun, karena dinilai terlalu berat, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut.
Lamini bercerita, sebagai petugas kebersihan setiap hari ia harus menyapu jalanan di sekitar gerbang depan UNS, menyiram tanaman di sepanjang taman yang berada di pinggir jalan, serta merapikan tamanan yang sekiranya tumbuh tidak beraturan.
Lamini memiliki seorang suami yang bekerja sebagai buruh di proyek bangunan. Mereka memiliki dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Saat ini, ketiga anaknya sudah berkeluarga dan memiliki pekerjaan.
Nenek empat cucu ini mengaku tidak mengetahui pekerjaan anak pertamanya yang berada di Kalimantan. Sudah dua tahun ini, anak sulung Lasmini tidak pernah menghubunginya lagi. Lamini merasa sedih karena setiap kali menelepon anak pertamanya itu, nomor telepon anaknya selalu tidak aktif. Anak keduanya bekerja di proyek bangunan dan beternak ayam, sedangkan suami dari anak ketiganya bekerja sebagai penjual sayur keliling. Anak kedua dan anak ketiganya tinggal berdekatan dengan tempat tinggal Lamini.
Kehidupan Lamini terbilang sederhana. Setelah pulang dari bekerja sebagai petugas kebersihan, Lamini akan kembali berperan sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari ia membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, berternak angsa, dan merawat cucu-cucunya. Selain itu, Lamini juga mendapatkan penghasilan tambahan dari perkumpulan-perkumpulan yang ia ikuti di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Walaupun anak-anaknya sudah bekerja, Lamini mengaku bahwa sesekali ia tetap membantu keuangan anak-anaknya. Begitu pun sebaliknya, anak-anaknya juga membantu keuangan Lamini dan suaminya. Penghasilan Lamini tidaklah banyak, namun ia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Ia bersyukur dengan semua yang telah diberikan Tuhan. Lamini tidak pernah mengeluh dengan kerasnya kehidupan saat ini.
Saat ditanya tentang apa keinginan dan harapannya di kemudian hari, ia hanya menjawab, “Tidak ada. Saya merasa senang dan mantap dengan pekerjaan ini. Pekerjaan saat ini tidak membutuhkan banyak tenaga seperti pekerjaan saya sebelumnya sebagai kuli di proyek bangunan. Saya merasa bersyukur.”
Kelompok 6 Diklat Indoor
Anggota LPM Kentingan 2015