Minggu (31/10), telah dilaksanakan Webinar Nasional KEF (Kovalen Edu Fair) X 2021 melalui Zoom Meeting. Kovalen Edu Fair merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh HMP Kimia Kovalen UNS. KEF terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan lomba nasional, seperti Lomba Nasional Poster Digital PCl5, National Essay Competition, National Chemistry Competition, dan ditutup dengan acara puncak Webinar Nasional.
Berdasarkan penuturan Karima Majid selaku koordinator webinar nasional KEF XI bahwa tema webinar “Strategi dan Pengaplikasian Pendidikan dan Pengembangan Teknologi untuk Indonesia Emas 2045” ini dipilih dengan alasan tertentu. Pada awal masa pandemi hingga sekarang, bidang pendidikan dan teknologi mengalami beberapa modifikasi dalam menciptakan kolaborasi sistem yang dapat mendukung keberjalanan proses pendidikan. Ini merupakan salah satu pengaruh besar dalam menciptakan Indonesia Emas 2045. Perubahan situasi inilah yang mengharuskan adanya strategi efisien untuk dapat memanfaatkan teknologi dalam mengembangkan pendidikan Indonesia.
Webinar dalam bentuk talk show ini diikuti oleh 166 partisipan dan terbuka untuk umum baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, guru, maupun masyarakat umum. Hal yang menarik perhatian dari talk show ini adalah disediakannya juru bahasa isyarat yang dapat memudahkan komunikasi bagi teman-teman yang memiliki disabilitas gangguan pendengaran.
Diskusi dibuka oleh Anita Sukarini, S.Pd. selaku moderator. Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A., Indonesia emas dalam angannya digambarkan sebagai negara yang mandiri dan berdaulat. Artinya, semua kebutuhan dasar yang meliputi sandang, papan, dan pangan dapat dipenuhi oleh bangsa Indonesia dengan tidak bergantung pada negara lain. Lain halnya dengan Dr.paed Nurma Yunita Indriyanti, M.Si., M.Sc. yang menuturkan bahwa dengan kata ‘emas’, Indonesia harus terlihat dari seluruh elemen mulai dari guru, pemegang kebijakan, dan sumber daya manusianya Indonesia harus menjadi negara yang independen.
Menurut Prof. Eko, kondisi pendidikan di Indonesia selama pandemi justru melahirkan berbagai perspektif positif. Dari segi pendidikan, saat ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk belajar mandiri. Mahasiswa tidak harus menunggu kuliah ketika ingin belajar. Motivasi yang harus dibangun adalah ketika disuruh ataupun tidak disuruh mereka mau belajar. Bonus demografi mengharuskan mahasiswa untuk produktif. Ketika mereka mau belajar sendiri tanpa disuruh, maka dia yang akan menang menghadapi bonus demografi.
Bicara mengenai motivasi, dr. Dian Nugroho M.Med., Ed. juga menuturkan pentingnya motivasi dari diri sendiri serta keluar dari zona nyaman. Bagaikan hukum alam fisika, apabila sesuatu yang statis akan mengalami penurunan sedangkan sesuatu yang dinamis seperti katalisator akan menunjukkan lonjakan deret hitung bahkan deret eksponensial. Contoh nyatanya adalah kita dapat mengembangkan teknologi komunikasi yang maju seperti ini di masa pandemi, belum tentu hal ini akan terjadi jika kita berada di keadaan normal (bukan pandemi). “Saat ini yang penting berani bergerak dan bergerak, jauhi zona nyaman, lepaskan diri dari belenggu pikiran yang membatasi, menghilangkan ketakutan diri,” ujar dr. Dian.
Perlu adanya strategi dan inovasi guna membangun generasi emas Indonesia. Strategi bagi pendidik dengan menumbuhkan sikap kritis, menjadi pendidik yang kreatif, dan berkolaborasi dengan orang tua. Maksud menjadi pendidik yang kreatif adalah mampu menyesuaikan karakteristik peserta didik baik dalam hal sikap sampai latar belakang serta harus mampu mengikuti perkembangan zaman sekaligus memaksimalkan teknologi sebagai alat ketercapaian tujuan pendidikan.
Di akhir sesi, para narasumber memaparkan bahwa sebagai negara yang masih berkembang, harapannya pada 100 tahun Indonesia merdeka, generasi saat ini harus menjadi generasi rujukan yang cerdas, kreatif, dan percaya diri. “Apa yang dilihat saat ini dari segi gagasan para pemuda masih minim karena enggan bersuara. Ide dan gagasan yang ada seharusnya dapat disuarakan untuk menjadi agen perubahan, bukan agen rebahan. Kita harus bisa menjawab kebutuhan masa depan di 2045. Pelajari kondisi generasi muda saat ini, pola generasi muda saat ini adalah cerminan kebutuhan masa depan”, ungk dr. Dian.
Webinar ini ditutup dengan pembacaan pemenang lomba poster digital, esai, dan chemistry competition. Secara umum, webinar berjalan dengan lancar meskipun ada beberapa hambatan yang dialami oleh panitia. “Untuk acara yang besar pasti akan memiliki hambatan. Dalam pelaksanaan webinar ini juga memiliki hambatan terutama bagaimana mengajak partisipan untuk dapat berperan aktif,” sebut Karima selaku Koor Webinar KEF. Hal tersebut memang benar adanya bahwa selama webinar berlangsung hanya ada sedikit partisipan yang bertanya bahkan hingga dr. Dian menawarkan sertifikat khusus yang ditandatangani olehnya bagi siapa yang bertanya di kolom tanya jawab yang telah disediakan. “Harapannya, semoga teman-teman partisipan bisa menerima informasi yang diberikan melalui pelaksanaan webinar ini serta dapat untuk mengimplementasikan untuk membantu mewujudkan target Indonesia Emas 2045,” pungkas Karima.
Penulis: Ardini Ainnur Ridha dan Rizky Nur Fadilah
Editor: Aulia Anjani