Senin (01/11) telah dilaksanakan Aksi “Geruduk Rektorat” oleh berbagai elemen baik dari internal maupun eksternal UNS. Aksi tersebut bertujuan untuk menindaklanjuti nota kesepahaman yang sebelumnya telah disepakati pihak kampus, keluarga GE, dan perwakilan mahasiswa. Ini juga merupakan lanjutan dari pengawalan kasus meninggalnya GE dalam diklatsar Resimen Mahasiswa (Menwa) Batalyon 905 Jagal Abilawa. Aksi yang semula direncanakan mulai pukul 13.00 WIB terpaksa diundur lantaran guyuran hujan deras. Namun, hujan tak menyurutkan tekad untuk menegakkan keadilan. Sekitar pukul 14.00 WIB, massa menyusun barisan di depan gedung Menwa kemudian berjalan hingga ke depan rektorat UNS sambil berseru “Bubarkan Menwa sekarang juga!”.
Massa berhenti di halaman rektorat lalu membentuk lingkaran besar dan di tengah-tengah berdiri seorang orator. Sembari menyimak orasi, peserta yang lain membentangkan poster bertuliskan “Justice for GE”, “No Justice No Peace”, “Mereka Bunuh Gilang”, “Menwa Berhutang Nyawa”, “Menwa UKM Pembunuh”, dan lain sebagainya.
“Kematian itu tidak bisa dibenarkan. Kampus harus bisa memberi perlindungan bagi mahasiswa. Namun dengan adanya kasus GE, di manakah letak perlindungan dan pertanggungjawaban kampus?” teriak seorang orator.
Kasus GE rupanya bukanlah yang pertama kali terjadi. Hal yang sama pernah terjadi pada 2013 berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Novi, peserta diklatsar Menwa, melalui sebuah utas di Twitter dan telah dikonfirmasi kebenarannya oleh BEM UNS. Diklatsar Menwa dikatakan memiliki budaya kekerasan seperti ranting jatuh, kipas asmara, dan sebagainya. Istilah ranting jatuh memiliki arti hukuman dipopor senjata, sedangkan kipas asmara ditampar bolak-balik.
Temuan ini diperkuat oleh pernyataan beberapa warga yang tinggal di belakang markas Menwa seperti yang diungkap Zakky, Presiden BEM UNS, bahwa mereka kerap mendengar suara bantingan yang berasal dari markas Menwa.
“Katanya Menwa untuk mengembangkan patriotisme dan nasionalisme. Tetapi karena pendidikan mereka, justru ada yang meninggal,” seru orator lainnya.
Ketua tim evaluasi UKM UNS, Sunny Ummul Firdaus, menyambut rombongan massa aksi yang mengerubungi gedung rektorat. Sunny menyatakan bahwa timnya saat ini tengah aktif mengumpulkan berbagai data dan fakta terkait Menwa UNS guna penyelidikan yang komprehensif. Hingga berita ini diturunkan, tim evaluasi telah mengeluarkan keputusan pembekuan terhadap Menwa UNS. “Kami pastikan landasan kerja kami adalah profesionalisme. Kami tidak ingin bekerja berdasarkan isu, dugaan, ataupun asumsi.” tegas Sunny.
Rombongan aksi mengamini hal tersebut dan setelahnya membacakan pernyataan sikap mahasiswa yang terdiri dari:
1. Menuntut pihak rektorat UNS untuk memberikan keadilan kepada korban dan keluarga.
2. Menuntut pihak rektorat UNS untuk memberikan pertanggungjawaban secara hukum dan sanksi akademik bagi pelaku dan pihak yang terlibat.
3. Membubarkan Menwa sebagai bentuk penolakan militerisme di dalam kampus.
“Saya menyayangkan pihak kampus tidak mengondisikan Menwa untuk speak up. Saya nggak tau kampus menyampaikan ‘kalian (Menwa) nggak boleh speak up‘ atau kayak gimana dulu, atau memang dari Menwa nggak mau speak up. Nah, tadi belum terkonfirmasi juga,” ujar Zakky yang kemudian menyatakan akan mengusut tuntas kasus GE baik bagi keluarga, mahasiswa, maupun kampus.
Aksi ini bukanlah aksi terakhir memperjuangkan keadilan untuk Gilang. Menurut penyelenggara aksi, jika tuntutan belum terpenuhi dan pelaku belum diberikan sanksi hukum yang setimpal maka akan diadakan konsolidasi dan aksi lanjutan.
Perkembangan Kasus Meninggalnya GE
Kasus meninggalnya salah seorang peserta Diklat Dasar Pra Gladi XXXVI Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa, GE, saat ini tengah ditangani oleh Polresta Solo. Pihak kepolisian telah menerima hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Semarang pada Jumat (29/10) pukul 11.00 WIB. Meski demikian, pihak keluarga mengaku belum menerima hasil autopsi tersebut dan terus menanti keterangan lebih lanjut dari kepolisian.
Keterbukaan data dan informasi jugalah yang menjadi desakan dari para peserta Aksi “Geruduk Rektorat”. Pihak kampus menyampaikan akan terus berkomunikasi dengan pihak kepolisian dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada kepolisian. Sementara, pihak keluarga GE berpesan agar solidaritas mahasiswa tidak surut dan dapat terus mengawal kasus ini sampai tuntas dan terungkap kebenarannya.
Penulis: Tamara Diva Kamila dan Mardhiah Nurul Latifah
Editor: M. Wildan Fathurrohman