Foto: Hasna Farrosah Diwany/LPM Kentingan

Berawal dari Tugas Akhir Menjadi Festival Nobar Tahunan

Pada Minggu, (25/06) telah sukses diselenggarakan acara Ilkom Cinematic Universe (ICU) 2023. Dengan biaya yang cukup terjangkau yaitu berkisar dari 28.000-32.000 rupiah. Penonton sudah dapat menyaksikan 7 film dokumenter dan 5 film pendek, termasuk minum dan popcorn. Tidak hanya sekedar nobar, ICU menjadi pagelaran apresiasi mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2020 atas lahirnya karya-karya selama mengenyam mata kuliah spesialisasi video. 

“Jadi acara ini diadakan biar kita bisa memamerkan skill-skill yang telah kita dapat di ilkom. Daripada tugasnya ini hanya buat ditumpuk terus ilang, mending kita tampilin, kita kasih tau karya-karya anak ilkom 2020,” terang Bintang Bagaskara selaku ketua panitia.

Dalam seluruh proses acara yang diampu oleh mahasiswa ilmu komunikasi angkatan 2020 spesialisasi video, tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Seperti pada penuturan Bintang, “Kalau buat ICU itu lama ya soalnya kita dua bulan, persiapan dari konsep, terus desain, dan lain-lain. Kita juga nyari pendanaan sendiri,” Tidak hanya itu, selama persiapan mereka juga perlu untuk membagi waktunya dengan mata kuliah spesialisasi lain yang mereka ambil.

Bertempat di Kulonuwun Kopi, penayangan dimulai pada pukul 16.30 dengan film-film dokumenter sebagai pembuka dengan dua sesi. Pada sesi yang pertama, film dokumenter yang ditayangkan terdiri dari film Peluh yang bercerita tentang perjuangan pengemudi becak; film Hidangan Istimewa Kampung (HIK) mengupas seputar angkringan; film Mampir yang memaknai nasi liwet khas Solo; dan film Usung dengan kisah seorang porter stasiun kereta api. Sesi kedua dimulai dengan film Ngrumat tentang sang penjaga makam; film Sepuh yang menyusuri Panti Jompo Aisyiyah; serta film Urip Urup dengan seni yang ditonjolkan melalui tokoh sanggar teater.

Selanjutnya film pendek yang ditayangkan yaitu film Live Ended bercerita tiga youtuber yang berujung malapetaka; film Antar dengan kesan horor yang kuat tentang pengemudi ojek online mengantar penumpang; film Sepintas yang membawa intrik drama keluarga, karir, hingga asmara; film Copycat dengan romantisme remaja dibalut drama cinta segitiga; dan film Luput tentang keluarga yang hendak berlibur yang diiringi dengan komedi dalam keberjalannya.

Menjadi tahun perdana ICU, diharapkan nantinya akan rutin diselenggarakan setiap tahun. “Acara ini bakalan wajib ada tiap tahun dan anak-anak video itu yang jadi penanggungjawabnya,” ucap Bintang. Tak sampai disitu, karya-karya yang telah ditayangkan rencananya akan dikirim untuk mengikuti berbagai lomba dengan harapan dapat bersaing dengan universitas lain.

Lebih lanjut, Bintang juga mengungkapkan harapan penyelenggaraan acara ICU kedepannya. “Kalau ICU sendiri, mungkin bisa jadi lomba, bisa jadi event sendiri buat ilkom. Kemudian untuk FISIP, semoga bisa merambah ke ranah yang lebih luas, seindonesia mungkin,” tuturnya.

“Tentunya secara pribadi sangat berkesan, kita bisa dibuat kagum dengan berbagai short movie dan dokumenter, ada short movie dengan tema romance, ada horor juga. Aku notice film Antar tadi gokil banget. Kita jadi tahu juga sebagai angkatan ilkom 21, nanti kedepannya mungkin spesialisasi yang akan kita hadapi yaitu spesialisasi video nanti seperti ini,” ucap Yunus—bukan nama sebenarnya—salah satu mahasiswa ilmu komunikasi saat ditanya kesannya selama menonton tayangan film-film ICU. 

Sesuai dengan tujuan apresiasi, ICU tidak hanya dihadiri oleh penonton luar melainkan juga dosen, talent film, hingga mahasiswa ilmu komunikasi itu sendiri. Penayangan film hari itu ditutup dengan awarding untuk film-film yang telah ditayangkan melalui beberapa kategori. Beberapa diantaranya yaitu best short movie, best cinematography, best poster, dan lain sebagainya.

 

Penulis: Alifia Nur Aziza

Editor: Wahyu Lusi Lestari