Foto: Carelya Griselda/LPM Kentingan

UNS ANGKAT BICARA TERKAIT MENINGGALNYA MAHASISWA DALAM DIKSAR MENWA

Selasa (26/10) UNS Surakarta menggelar jumpa pers terkait peninjauan kasus meninggalnya GE, mahasiswa UNS saat mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Resimen Mahasiswa (Menwa) Batalyon 905 Jagal Abilawa UNS. Jumpa pers tersebut dilaksanakan secara hybrid dengan pembatasan peserta luring serta disiarkan secara daring melalui akun instagram @uns.official, @bemuns, dan Zoom Meeting. Acara tersebut dihadiri oleh Ahmad Yunus selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sutanto selaku Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS yang bertindak sebagai pembicara serta awak media dan rekan-rekan mahasiswa.

Pada awal jumpa pers dilakukan, Ahmad Yunus sebagai perwakilan dari pihak universitas mengungkapkan belasungkawanya atas kepergian korban. Acara dilanjutkan dengan penyampaian kronologis dan ditutup dengan tanya jawab. Saat jumpa pers digelar tidak terlihat kehadiran dari panitia Menwa. Ketidakmunculan pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kematian korban itu membuat warganet bertanya-tanya dan meluapkan kekecewaan melalui kolom komentar siaran instagram @bemuns dan @uns.official.

“Senin pagi bersama pihak kepolisian, kami menemui pihak keluarga. Kami sempat bicara baik-baik dengan ayahnya. Dalam pembicaraan ini ada persetujuan dan kesepakatan bahwa almarhum perlu diautopsi,” ujar Yunus.

Selanjutnya dijelaskan bahwa jenazah dibawa dari rumah korban di Karangpandan ke Rumah Sakit Dr. Moewardi. Autopsi dilakukan oleh dokter RS Moewardi dan dokter forensik dari Bhayangkara Polri. Selesai autopsi, sekitar waktu Asar jenazah disucikan lalu dikafani. Kemudian jenazah diserahkan kepada pihak keluarga dan diadakan upacara pemakaman di rumah duka. Disebutkan pula bahwa pihak UNS, keluarga, dan pembina Menwa mengantarkan jenazah sampai ke pemakaman. Terlihat pula banyak mahasiswa di rumah duka maupun pemakaman.

Untuk hasil autopsi hingga saat dilakukan jumpa pers, pihak UNS masih menunggu hasil resmi dari kepolisian seperti yang dikatakan oleh Yunus. “Apakah itu kecelakaan atau ada unsur kekerasan, kami menunggu dari pihak kepolisian.”

UNS juga akan memberikan pendampingan hukum kepada pihak keluarga korban sampai dengan kasus ini tuntas. Apalagi bila meninggalnya korban benar bukan karena kecelakaan namun ada dugaan kekerasan.

“Kami juga mengumpulkan panitia bersama pihak kepolisian untuk olah TKP di lingkungan kampus dan Jembatan Jurug. Beberapa alat bukti sudah diamankan, markas Menwa sudah ditutup dan kuncinya dibawa pembina,” tambah Sutanto. Panitia yang berjumlah 21 orang sudah dan sedang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian, termasuk senior korp mahasiswa siaga Pendidikan dan Pelatihan Dasar Pra Gladi Patria, serta pembina kegiatan.

Menjawab rasa keingintahuan dari banyak pihak terkait keberadaan panitia Diksar tersebut, Sutanto menjelaskan jika saat ini mereka berada di asrama dikarenakam tidak diperbolehkan kembali ke markas Menwa. Rencananya pada selasa siang setelah jumpa pers diadakan, pihak kampus akan menemui panitia yang berada di asrama itu. Pertemuan antara pihak kampus dan panitia tidak segera terlaksana karena panitia dimintai keterangan oleh polisi hingga Senin subuh, kemudian langsung dibawa istirahat di asrama dan hanya bertemu dengan direktur akademik saja.

Sutanto menjelaskan kronologis yang didapatkannya dari pernyataan panitia. Menurut penuturannya, pada hari itu, korban dinilai belum menunjukkan tanda fisik kelelahan. Hanya saja saat kegiatan, korban menyampaikan bahwa kakinya kram. Beralih keesokan harinya, kegiatan setelah apel pagi dilaksanakan di luar kampus, tepatnya di jembatan Jurug. “Di jembatan Jurug, kegiatan meluncur menggunaakan tali dari atas ke bawah dan yang bersangkutan mengikuti kegiatan itu,” terang Sutanto.

Setelah kegiatan tersebut, korban kembali ke kampus dan mengeluh sakit punggung. Selanjutnya korban telah diberikan perawatan berupa pengompresan. “Sampai pukul 21.00 WIB, panitia berinisiatif untuk membawanya ke RS, sekitar pukul 22.05 korban yang dibawa di mobil sudah tidak bernafas. Sampai ke Moewardi dinyatakan meninggal,” terang Sutanto menyampaikan pernyataan yang didapatkannya dari pihak panitia.

Sutanto juga menjelaskan bahwa dari pihak UNS tidak pernah mengeluarkan statement jika korban mengalami kesurupan seperti yang banyak beredar saat ini. Hal itu mungkin saja keluar dari panitia. Sutanto juga mengatakan bahwa pihak UNS tidak tau apakah korban memiliki penyakit bawaan atau tidak. Terkait dengan luka lebam pada jenazah korban, Ahmad Yunus menyampaikan apa yang dilihatnya di rumah korban saat sebelum autopsi dilakukan. “Saat jenazah dibuka, mata korban ditutup dengan deplokan daun lembut seperti jamu. Sehingga tidak terlihat memar atau tidak. Sekilas secara fisik, saya tidak melihat adanya darah atau mungkin tidak terlihat karena memang sudah dibersihkan. Dari dada sampai perut tidak ada tanda-tanda merah atau hitam,” pungkas Yunus.

Meninggalnya korban pada saat diksar ini membuat banyak pihak kembali mengingat bahwa Menwa tidak tahun ini saja melakukan kegiatan fisik seperti ini. “Ke depan praktik Menwa di kampus akan dievaluasi total. Di kampus tidak seperti di militer,” terang Sutanto saat ditanya perihal langkah yang akan diambil UNS saat ini. Bukan hanya Menwa tetapi seluruh kegiatan yang melibatkan unsur fisik di dalamnya saat ini dihentikan sementara. Akan dilakukan evaluasi total dan memastikan bagaimana peraturan yang ada. Selain evaluasi total, UNS juga akan meminta pihak kepolisian tidak salah langkah dalam menangani kasus ini. “Karena ini kampus, kami tidak hanya melakukan evaluasi. Ini masalah bersama. Kami minta kepolisian tidak salah langkah,” terang sutanto menutup jumpa pers pada hari itu.

Penulis: Annisa Khusna A dan Tamara Diva Kamila
Editor: Aulia Anjani