Salah satu scene dalam pertunjukan wayang orang plataran 2015. (Foto: Fika)

Pelataran Sebagai Mediator Antara Kesenian dan Rakyat

lpmkentingan.com— Sabtu (22/08) malam, pelataran Balaikota Surakarta kian semarak. Perpaduan antara para pemain wayang orang dengan penonton ditambah lighting yang menawan gemerlapnya mampu menyulap suasana malam minggu di kawasan Balaikota menjadi begitu berwarna.

Wayang Orang Plataran merupakan pertunjukan Wayang Orang dengan konsep garap pelataran. Pelataran dimaksudkan mampu menjadi media interaksi wayang kepada masyarakat guna menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kesenian Wayang Orang. Di Solo sendiri, ada begitu banyak pelaku kesenian Wayang Orang yang tergabung dalam kelompok Wayang Orang Sriwedari. Mereka (kelompok Wayang Orang, red) terdiri dari berbagai jenjang usia, juga berbagai profesi. Terdiri dari mahasiswa, dosen seni, dan berbagai profesi lain.

“Itu (menunjuk salah seorang pemain wayang orang, red) teman saya. Anak Seni Tari ISI. Dia dari kecil sudah sering ikut pentas beginian. Sekarang sudah jadi pemain tetap di Sriwedari,” ungkap Ayu Rizqiyah yang juga mahasiswi Seni Tari Insitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta di sela-sela pertunjukan.

“Sampai sekarang masih bingung sama ceritanya. Nggak paham. Kalau suasananya sih enak. Merakyat. Acaranya bagus, kan tadi ada yang mengkritik juga,” terang Regina Helda, mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) asal Magetan saat dikonfirmasi tim lpmkentingan.com menjelang akhir pertunjukan.

Iki dipirsani bapak plt lho

Plt iku opo?

Bapak pelaksana tugas

Balaikota iki kan panggonane pejabat-pejabat to?

Lha pejabat kuwi lak pegawaine rakyat to?

Aku iki rakyat

Begitulah sebuah percakapan dalam salah satu scene penampilan Wayang Orang Plataran 2015 ini. Ratusan pasang mata yang terdiri dari tamu undangan dan masyarakat umum memadati pelataran Balaikota hingga pertunjukan usai. Seusai pertunjukan, para penonton berebut antrean untuk mengabadikan momen bersama para pemain Wayang Orang Plataran. (Ifa, Dian, Rofiah)