Di bulan Desember…
Tak cukup sedetik mengingat senyummu
Tak cukup semenit mendengar suaramu
Tak cukup sehari merayakan harimu
Tak cukup semalam menggapai paras wajahmu
Ketika jarak dan waktu memisahkan kita
Ketika tanganmu tak lagi membelai sukmaku
Hanya bisa menunggu matahari terbit dan tenggelam lagi
Melihat sisa bulan sabit yang kehilangan sebagian kilaunya
Sisi ruang dihati ini hampa merindukanmu
Sepucuk surat kutulis untukmu, wanita nomor satu
Ku rangkai kata-kata indah untuk melukiskan kabarku
Goresan di kertas putih menerangkan hasratku
Hasrat keinginan untuk berjumpa denganmu
Tak ku lihat betapa senyummu mengembangkan membaca untaian kata dalam suratku
Ku tahu air matamu berlinang mendengar kabarku di rantau
Tak dapat lagi kau bendung rasa rindumu padaku
Tak sanggup mengucap kata, hanya hati yang terkonyak
Kapan kau pulang Nak…?
(Arini)