Dioziando Wirabuana Pratama

Maba Harus Tahu, Bus Kampus UNS Lebih Cocok Disebut Kendaraan Mitologi Dibandingkan Fasilitas

“Bus Kampus UNS beroperasi setiap hari kerja, yaitu Senin hingga Jumat dengan melewati sejumlah halte yang tersebar di dalam lingkungan kampus.”

Begitu klaim yang dibagikan akun resmi @generasiuns menjelang tahun ajaran baru 2025. Namun, bagi mahasiswa lama, narasi itu terdengar seperti mitos. Fasilitas memang ada, tapi kehadirannya lebih sering tak terasa.

Dalam edisi khusus LPM Kentingan, April 2024, bertajuk Halte Bertebaran, Bus Kampusku Hilang dari Pandangan, disebutkan bahwa armada bus kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) terparkir rapi di garasi. Terlihat sehat, tetapi lebih banyak menganggur. Lebih cocok disebut hangar queen, kendaraan yang lebih sering disimpan daripada digunakan.

Pantauan terbaru menunjukkan bahwa bus kampus memang masih beroperasi. Namun, pengoperasiannya nyaris terbatas hanya untuk antar-jemput penghuni Asrama UNS. Dua kali dalam sehari, pagi sekitar pukul 06.30–07.00 dan siang sekitar pukul 12.30–13.00, bus berangkat dari asrama menuju halte-halte di dalam kampus. Sore hari, sesekali bus terlihat kembali menjemput dari sejumlah titik di kampus untuk kembali ke asrama.

Layanan ini bersifat rutin, tapi tidak terbuka. Jadwalnya tak dipublikasikan secara resmi. Tak ada papan informasi atau kanal daring yang menyampaikan rute dan waktu dengan jelas. Mahasiswa non-asrama memang bisa ikut menumpang, asalkan tahu cara ‘menyisip’  ke dalam bus ini. Selebihnya bergantung pada sopir dan kebetulan.

“Kalau mau naik dari halte mana ke halte mana itu juga bisa, bilang aja ke supirnya,” kata salah satu penghuni asrama. Namun, tanpa jadwal tetap, mahasiswa lain hanya bisa menebak-nebak kapan bus akan lewat. Kadang sore hari, sekitar pukul setengah tiga atau setengah empat, bus terlihat berhenti di halte depan Pascasarjana. Namun, urutan halte dan waktu tempuhnya tidak bisa dipastikan.

Padahal, UNS memiliki delapan halte kampus, dari UNS Inn hingga Agrobudaya. Kini halte-halte itu lebih sering digunakan sopir ojek online menunggu pesanan.

Sebaliknya, kampus tetangga seperti Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Universitas Diponegoro (UNDIP) menjalankan layanan transportasi internal secara aktif dan terbuka. Di UNNES, misalnya, shuttle berjalan dengan sistem terbuka dan terjadwal.

“Untuk shuttle aktif tiap hari, muter terus di sekitar kampus UNNES, jadi sistemnya jemput mahasiswa/umum di tiap titik gitu. Untuk operasionalnya di jam kerja sekitar jam 08.00–17.00 gitu,” ujar Yuda Hanafi Ilham, mahasiswa UNNES. Ia menambahkan bahwa armada kampus juga bisa digunakan untuk keperluan luar kota, seperti lomba atau acara sivitas akademika. 

Di UNDIP, layanan shuttle juga aktif setiap hari kerja dari pukul 07.00 sampai 17.00. Bus beroperasi seperti fasilitas publik kampus seharusnya bekerja: datang, naik, dan tiba.

UNS sebenarnya memiliki shuttle bus yang sesekali muncul di jalan utama kampus saat Hari Bebas Emisi dan event tertentu. Namun, kemunculannya tidak konsisten dan tidak diiringi informasi publik yang memadai. Di luar momen tertentu, shuttle lebih sering tak terlihat, apalagi bisa diandalkan sebagai moda transportasi harian bagi mahasiswa.

Penulis: Dioziando Wirabuana Pratama

Editor: Rohmah Tri Nosita