Upaya Menyalin Tubuh

Oleh: Muhammad Ilham

PERADABAN manusia dibangun tidak lepas dari adanya seni. Dengannya, seni bahkan dapat menjelaskan bagaimana perkembangan suatu peradaban manusia di suatu masa dibangun. Seni telah menjadi suatu hal yang esensial dan dekat bagi kehidupan manusia. Manusia menciptakan karya seni sebagai salah satu bentuk ekspresi diri dalam merespon dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

Seni mencapai puncak dalam perkembangannya agaknya jauh pada 300 tahun sebelum masehi, pada masa Yunani kuno. Meminjam perkataan dari Goenawan Mohamad dalam diskusi Seni dan Politik dalam Sejarah di Komunitas Salihara beberapa waktu yang lalu, bahwa Yunani kuno telah memberikan “khazanah” yang kaya mengenai persoalan-persoalan di bidang politik, kesenian, dan pemikiran. Yunani kuno di masa itu telah menjadi titik tolak perkembangan kesenian dimana politik, pemikiran, serta seni secara beriringan berkembang dengan pesat. Ketiganya menjadi ihwal yang sangat serius diperbincangkan di tengah pemikir dan seniman pada masanya. Seni menempati tempat yang penting dalam kemajuan peradaban manusia pada masa itu. Seni yang berkembang pada masa itu adalah seni lukis, patung, dan arsitektur.

Seiring perkembangan zaman, seni ternyata tidak serta merta kehilangan eksistensinya sebagai suatu hal yang memiliki nilai estetis. Seni terus berkembang dengan baik, bahkan menciptakan cabang-cabang seni yang baru. Keindahan tentu menjadi identitas yang selalu melekat pada sebuah karya seni. Namun, di sisi lain seni terus berkembang dan bergerak secara dinamis dalam menjaga eksistensinya. Bahkan, tak jarang seni berdampingan dan berkolaborasi dengan disiplin ilmu lain untuk menciptakan karya-karya yang baru dan menyegarkan. Tak ayal, jika sekarang seni tidak hanya berperan sebagai simbol keindahan, melainkan telah berubah sebagai sesuatu hal yang dapat dimanfaatkan untuk membantu manusia dalam mencapai kepentingannya.

Di era modern, seni telah bertransformasi menjadi sebuah  komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi. Kapitalisme global yang berkembang pesat telah mengubah semua hal agar  dilihat sebagai sesuatu yang memiliki nilai tukar dengan uang, termasuk seni. Tak dapat disalahkan pula jika sekarang seni mengalami pergeseran fungsinya. Seni menjadi barang yang mewah dan mahal yang diperebutkan dalam rumah-rumah lelang elit. Hal ini jelas membuktikan, seni bukan saja menjadi simbol estetis, namun juga simbol kekayaan (prestise). Tak hanya itu, seni juga dimanfaatkan oleh orang yang memiliki banyak harta untuk dijadikan aset ataupun tabungan yang pada waktu tertentu akan diperjual-belikan kembali.

Seni dan Tubuh

Pada tahun 2010 lalu, kita patut tercengang dengan adanya kabar yang menyebutkan bahwa, telah berhasil terjual sebuah karya patung yang dihargai dengan cukup bahkan sangat mahal di Amerika Serikat. Sebuah patung karya Alberto Giacometti yang berjudul L’Homme Qui Marche I berhasil terjual dengan harga Rp 1,39 triliun. Sedangkan pada awal 2015 lalu, sebuah karya lukis dari Pablo Picasso yang berjudul Women of Algiers (Wanita Aljazair) berhasil dilelang dengan harga Rp 2,3 triliun di negara yang sama. Keduanya memegang rekor patung dan lukisan termahal di dunia untuk saat ini.

Ada hal yang menarik dari kedua karya seni tersebut. Keduanya menceritakan bagaimana kedudukan tubuh yang terejawantahkan dalam bentuk karya seni. Sebuah patung karya Alberto Giacometti memperlihatkan seorang pria dengan tubuhnya yang kurus tengah melangkah dengan guratan wajah dengan ekspresi datar dan hampa. Sedangkan lukisan berjudul Wanita Aljazair, menggambarkan tubuh seorang wanita tanpa kaki dengan bagian dada yang dibiarkan mencuat keluar sebab busana yang dikenakan terlampau terbatas. Di sekitar wanita itu dilukiskan pula potongan-potongan bagian tubuh manusia dengan berantakan yang terkesan cukup absurd dan abstrak.

Dari dua karya seni tersebut kiranya kita bisa memahami bahwa, sejatinya tubuh telah menjadi objek yang sangat menarik untuk dapat diwujudkan lewat karya seni. Kita sering melihat karya-karya seni yang menjadikan tubuh manusia sebagai sebuah objek yang menarik untuk dilihat oleh anggota tubuh kita pula: mata. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat menarik dieksploitasi untuk kemudian diproses menjadi sebuah karya yang menarik pula. Hal itu menandakan bahwa, tubuh manusia sejatinya adalah sumber keindahan yang memiliki nilai estetis yang khas. Konsepsi itu kini telah berhasil terbangun di otak kita, tentu dalam memaknai keindahan tubuh, tubuh kita, manusia.

Tak hanya memiliki nilai estetis, dalam seni tubuh juga sering dijadikan sebagai objek oleh seniman untuk berperan dan bercerita melalui karyanya. Dalam hal ini tubuh akan memiliki makna simbolis. Dalam lukisan misalnya, tubuh manusia akan digambar oleh pelukis dengan sedemikian rupa supaya orang lain yang melihat akan menangkap makna dari simbol yang digambarkan dengan gambaran bagian-bagian tubuh tertentu. Seorang pencipta karya seni sering memuat cerita tertentu dalam sebuah karyanya dengan menjadikan tubuh manusia sebagai simbolnya. Dengan simbol tersebut seorang pencipta akan dengan mudah menyampaikan cerita kepada orang lain melalui hasil karyanya. Di sisi lain, tubuh juga menjadi tanda yang secara semiotik akan mengandung makna-makna tertentu. Ia secara berkesinambungan akan menciptakan sebuah harmoni dalam terbentuknya cerita dari sebuah karya seni lewat tanda tersebut.

Menarik pula, tubuh manusia ternyata telah menjadi sesuatu hal yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tentu tak hanya di dunia nyata, dalam sebuah karya seni pun tubuh manusia memiliki nilai (harga) yang tinggi pula. Hal ini dibuktikan dengan tingginya harga karya seni yang menempatkan tubuh sebagai objek karyanya. Manusia yang sejatinya berperan sebagai subjek dalam menentukan nilai tubuh, ternyata dalam waktu yang sama juga telah menjadi objek yang nilainya ditentukan oleh manusia lain.

Ternyata, seni dan tubuh merupakan dua hal yang saling terikat. Seni tidak otonom terhadap tubuh, begitu pun sebaliknya. Seni menggunakan tubuh manusia sebagai objek dari sebuah karya seni yang indah, sedangkan tubuh juga dapat menikmati keindahan karya seni yang objeknya adalah tubuh itu sendiri.  Kiranya, adillah sudah.[]

(Foto lukisan Women of Algiers karya Pablo Picasso dilansir dari dialymail.co.uk)



Muhammad IlhamMuhammad Ilham. 
Sosiologi UNS 2014. Koordinator tim riset LPM Kentingan UNS. Surel: muhilham1996@gmail.com.