Dioziando Wirabuana Pratama/ LPM Kentingan

BEM FP UNS Gelar Diskusi Publik Bertajuk “Swasembada Pangan 2025 Realistis atau Utopis?”

Surakarta, 28 April 2025 – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar diskusi publik bertajuk “Swasembada Pangan 2025: Realistis atau Utopis?” pada Senin (28/4) di Public Space FP UNS. Acara ini mengevaluasi ambisi pemerintah yang ingin mencapai swasembada pangan pada 2025 di tengah tantangan ketergantungan impor, alih fungsi lahan, ketidakstabilan harga, dan krisis regenerasi petani.

 

Diskusi menghadirkan tiga pembicara, yaitu mantan Presiden BEM FP UNS dari periode 2021, 2024, dan 2025: Khanif Irsyad F, Muhamad Azhar, dan Mohamad Ali Maskur. Mereka membedah kontradiksi kebijakan, ketergantungan impor, serta langkah strategis yang perlu diambil mahasiswa dan pemerintah.

 

Muhammad Rizky Pratama, Menteri Kajian, Aksi, dan Propaganda BEM FP UNS selaku moderator, menyatakan bahwa kondisi pangan Indonesia masih jauh dari target swasembada. “Dipacul atau Diskusi Publik Agriculture (ini) dilatarbelakangi oleh masalah keadaan pangan di Indonesia (saat) ini masih jauh di tahap untuk mencapai swasembada pangan,” ujarnya dalam wawancara setelah acara.

 

Menurut Rizky, meski Swasembada Pangan menjadi salah satu agenda utama pemerintahan Prabowo Subianto, realitas di lapangan menunjukkan banyak isu-isu strategis yang perlu untuk didiskusikan. Rizky juga menyebutkan, mahasiswa tidak hanya perlu memahami kompleksitas isu pangan, tetapi juga terlibat dalam merumuskan kebijakan yang sinergis dengan kebutuhan riil sektor pertanian.

 

“Kita perlu mengevaluasi atau (ikut) mencanangkan kebijakan-kebijakan tersebut supaya menyatu juga dengan (pemikiran) mahasiswa fakultas pertanian sendiri, (untuk mengetahui) apa langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan,” ujar Rizky. 

 

Rizky menambahkan, output acara ini akan diunggah secara daring untuk menjangkau publik yang lebih luas. “Kami fokus pada gerakan-gerakan kecil untuk membangun kesadaran di lingkungan FP UNS terlebih dahulu,” jelasnya. Meski undangan terbuka untuk umum, ia mengakui partisipasi petani mungkin terbatas karena kendala akses informasi. “Penyebaran undangan lewat media sosial, sehingga petani mungkin kurang terjangkau,” ungkap Rizky.

 

Acara ini menjadi bagian dari seri Diskusi Publik Agriculture (Dipacul) BEM FP UNS yang akan berlanjut dengan 3-4 agenda lain hingga akhir tahun. “Untuk dipacul sendiri ada beberapa agenda lagi selanjutnya, mungkin ada 3 atau 4 kali lagi , jadi staytune aja di Instagram BEM FP,” pungkas Rizky.

 

Penulis: Dioziando Wirabuana Pratama

Editor : Aji Nugroho