Madiun – Bagi sebagian besar masyarakat Desa Dimong, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, kegiatan bertani dan beternak sudah menjadi denyut nadi kehidupan sehari-hari. Namun, pekerjaan mengolah pupuk atau pakan ternak dilakukan masih secara manual, yakni menggunakan tangan atau alat konvensional lainnya, sehingga kurang efisien baik dari sisi waktu maupun efektifitas hasilnya. Kondisi inilah yang kemudian mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk berkontribusi secara nyata dengan menghadirkan sebuah karya inovasi sederhana berupa Mesin Pengaduk Serbaguna Berbasis Motor Bensin.
Mesin ini lahir dari Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS 2025 Kelompok 148, yang ditempatkan di Desa Dimong, dengan tema besar: Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan. Mengusung judul “Optimalisasi Potensi Lokal sebagai Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat Desa Dimong”, kelompok mahasiswa ini berhasil mewujudkan sebuah karya inovasi sederhana yang menjadi kebutuhan prioritas warga desa dalam kegiatan pertanian peternakan melalui penerapan ilmu sesuai bidang masing-masing.
Gagasan pembuatan mesin pengaduk serbaguna muncul dari pengamatan sederhana, di mana sebagian besar warga Desa Dimong mengolah pupuk organik atau pakan ternak dengan cara manual atau masih menggunakan alat konvensional. Proses tersebut membutuhkan waktu yang lama dengan tenaga manusia yang cukup besar, sementara kualitas yang didapatkan tidak konsisten, merata pada setiap pengolahannya, dan minim dari sisi kapasitas yang dihasilkan.
Muhammad Difa Amalyihsan, ketua kelompok sekaligus mahasiswa Teknik Mesin UNS, kemudian menawarkan sebuah solusi berupa pembuatan mesin pengaduk serbaguna yang bisa digunakan secara lebih praktis. “Kami ingin masyarakat punya alat yang sederhana, mudah dipakai, dan dapat meringankan pekerjaan mereka. Itu tujuan utama kami,” ujarnya.
Selama 45 hari, para mahasiswa KKN, dengan dukungan warga, merancang dan membangun mesin ini. Menggunakan penggerak berupa motor berbahan bakar bensin, akhirnya mesin dapat berfungsi dan mampu mengaduk bahan organik dengan kapasitas jauh lebih besar dalam setiap operasinya dan konsisten merata, serta lebih cepat dibanding cara-cara sebelumnya. Sifatnya yang serbaguna memungkinkan alat dipakai baik untuk penyiapan pupuk maupun pakan ternak.
Pada Kamis, 21 Agustus 2025, mesin ini resmi diserah-terimakan kepada pemerintah Desa Dimong. Acara berlangsung sederhana di balai desa, tetapi sarat makna. Perangkat desa, kelompok tani, hingga warga yang turut berpartisapasi dalam proses pembuatan hingga uji coba hadir menyaksikan acara ini.
Antusiasme warga desa terlihat jelas saat mesin pertama kali disosialisasikan aplikasinya. Bahkan, beberapa petani secara bergantian langsung mencoba mengoperasikan alat tersebut. “Kalau pakai ini, pekerjaan kami bisa jauh lebih cepat,” ungkap salah satu warga yang hadir.
Bagi Kelompok KKN 148, mesin ini bukan sekadar sebuah karya, melainkan simbol nyata keterhubungan antara ilmu yang dipelajari selama belajar di kampus dengan kebutuhan masyarakat. Selain mesin pengaduk, Kelompok KKN 148 juga melaksanakan 8 (delapan) program kerja lain, mulai dari Workshop Penanganan Cedera Otot, SIKAT LE (Sistem Tanam Kangkung dan Ternak Lele), PELITA (PEngelolaan LImbah dan Tanaman Hidroponik), Pelatihan Keseimbang an & Motorik Anak Usia Dini Sekolah Dasar Kelas 5/6 (SD), CESTIK (celengan dari stik), Kesehatan Masyarakat: Pengecekan GCU, Creative Design Workshop sebagai Optimalisasi Pemaparan Materi Tingkat SMP, dan Berani Bicara Berani Berkarya: Sosialisasi Public Speaking untuk Pelajar SMP.
Warga desa sangat mengapresiasi Kelompok KKN 148 dengan segenap kegiatan yang telah dilaksanakan, khususnya pada produk inovasi mesin pengaduk serbaguna, karena dapat berdampak secara langsung pada kegiatan pertanian peternakan keseharian yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Desa Dimong. Dengan adanya alat ini, warga tidak hanya mendapatkan solusi praktis, tetapi juga pengetahuan baru tentang penerapan teknologi tepat guna yang bisa terus dikembangkan di masa depan.
Setelah menyelesaikan kegiatan, Kelompok KKN 148 akhirnya pamit undur diri dengan warga dan pengurus Desa. Bagi mereka, pengalaman di Desa Dimong adalah ruang belajar sekaligus ladang pengabdian yang tak ternilai.
“Kami sangat berterima kasih atas penerimaan yang hangat dari warga. Harapan kami, mesin ini dan program-program lain bisa memberi manfaat jangka panjang bagi Desa Dimong,” tutup Difa.
Dengan semangat kebersamaan dan inovasi sederhana, mahasiswa UNS meninggalkan jejak yang nyata. Sebuah karya kecil yang diharapkan mampu membawa kontribusi nyata bagi produktivitas masyarakat desa untuk ketahanan pangan berkelanjutan.
Penulis : Tim KKN 148 UNS
Editor: Rohmah Tri Nosita