Tim PKM-RE UNS Sulap Limbah Sawit Jadi “Kurir Pintar” Penghantar Obat Kanker Payudara

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil menemukan cara baru penghantaran obat kanker payudara yang lebih tepat sasaran. Mereka memanfaatkan produk sampingan berupa tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan emulsi nanolignin yang bekerja layaknya “kurir pintar” bagi obat kanker, doxorubicin.

Indonesia, sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia, setiap tahun menghasilkan jutaan ton tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Bahan sampingan ini sering dianggap tak berguna dan menumpuk sebagai limbah yang mengganggu keseimbangan lingkungan. Tetapi, siapa sangka, justru dari bahan yang kerap diremehkan ini lahir sebuah terobosan kesehatan yang mutakhir dan berkelanjutan.

Tim PKM-RE UNS, yang diketuai Faradila Putri Dewinta Azzahra, dan beranggotakan Miftahul Rohmah, Seruni Bunga Widayat, Khairunnisa Nabilla, dan Naela Husna, di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Maulidan Firdaus, S.Si., M.Sc., mengembangkan formulasi nanopartikel lignin berbasis emulsi untuk menghantarkan obat kanker payudara.

Doxorubicin, obat utama untuk kanker payudara, sering diibaratkan sebagai senjata tanpa sasaran. Efeknya sangat ampuh dalam membunuh sel kanker, tetapi sekaligus berisiko merusak sel sehat. Jika obat ini berikatan dengan sel-sel normal yang sehat secara berulang dan dalam jangka waktu lama, obat ini dapat menyebabkan sel-sel tersebut terganggu dan ikut mengalami kerusakan. Dari kerusakan tersebut dapat timbul sejumlah efek samping, seperti mual, muntah, rambut rontok, hingga yang paling parah yakni penyakit jantung. Inilah persoalan yang berusaha diatasi melalui riset nanolignin. Teknologi ini mengarahkan doxorubicin langsung menuju ke sel kanker dan melepaskannya secara perlahan, sehingga tidak berinteraksi dengan sel sehat dan dapat menurunkan efek samping. Sistem tersebut juga mampu mempertahankan keutuhan obat sehingga dapat bekerja lebih optimal di lokasi sel kanker.

“Bayangkan obat ini seperti barang kiriman. Jika dikirim tanpa kurir, barangnya mungkin nyasar atau bisa juga rusak di jalan. Tapi dengan kurir khusus, barang ini bisa dikirimkan tepat di alamat tujuan. Begitu pula konsep formulasi nanopartikel lignin ini, dia membawa doxorubicin langsung ke sel kanker, supaya tidak nyasar ataupun rusak susunannya, jadi kerjanya di sel kanker juga lebih optimal.” kata Faradila menjelaskan.

Selain manfaat medis, riset ini juga membawa nilai keberlanjutan melalui penggunaan bahan dasar berupa lignin yang berasal dari limbah perkebunan sawit, sementara proses formulasi mengikuti prinsip green chemistry dengan pelarut ramah lingkungan dan metode sonikasi yang hemat energi.

Hasil uji awal secara in vitro menunjukkan potensi besar dari sistem penghantaran ini. Nanolignin terbukti mampu meningkatkan selektivitas penghantaran doxorubicin ke sel kanker payudara serta menurunkan toksisitas terhadap sel normal. Penelitian ini masih terus dikembangkan untuk memperkuat hasil dan memastikan efektivitasnya, sehingga diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju terapi kanker yang lebih efektif, aman, dan berwawasan lingkungan.

Riset yang berangkat dari kepedulian pada produk sampingan perkebunan ini menegaskan bahwa inovasi kesehatan tidak harus lahir dari bahan mahal dan langka. Justru dari tumpukan limbah sawit, lahirlah inovasi pengobatan kanker payudara yang bukan hanya lebih efektif, tetapi juga ramah lingkungan.