Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik sehingga menyebabkan komplikasi kronis karena kondisi hiperglikemia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2011 penderita diabetes di Indonesia yang berusia 20–79 tahun mencapai 7,29 juta, sedangkan pada tahun 2021 mencapai 19,47 juta dan diperkirakan akan mencapai 28,57 juta pada tahun 2045.
Melihat jumlah penderita penyakit DM yang terus mengalami peningkatan, mahasiswa UNS melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2023 menginovasikan alternatif penyembuhan luka kaki pada penderita DM. Tim yang beranggotakan Setyanto Arief Wiedagdo (S1 Kimia), Anjelika Putri Febriyanti (S1 Kimia), Syamsul Huda (S1 Kimia), Valentina Kusumaningrum (S1 Kimia), dan Evangelica Dian Perdana (S1 Biologi) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret (UNS) di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Maulidan Firdaus, S.Si., M.Sc. berinovasi membuat salep basis oleogel sebagai alternatif penyembuhan ulkus diabetikum.
Diabetes melitus dapat menimbulkan gejala ulkus diabetikum di mana kaki mengalami luka yang disertai dengan keluarnya cairan nanah berbau tidak sedap. Ulkus diabetikum relatif sulit disembuhkan, bahkan menyebabkan amputasi dan kematian karena adanya infeksi bakteri seperti Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa.
Baru-baru ini oleogel dipelajari sebagai kandidat sediaan topikal yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan luka kaki diabetes. Pada penelitian ini diinovasikan pembuatan salep basis oleogel dengan bahan alam yang lebih ekonomis, mudah didapatkan, serta membantu mengurangi limbah gulma, yaitu dengan menggunakan eceng gondok, minyak kelapa, dan daun ketepeng. Optimasi oleogel dilakukan dengan pengujian aktivitas antibakteri secara in silico dengan Molecular Docking dan in vitro dengan melakukan uji terhadap kultur bakteri. Selain itu, dilakukan pengujian efektivitas oleogel sebagai alternatif penyembuhan pada luka diabetes secara in vivo pada mencit dan digunakan Response Surface Methodology (RSM) dalam pembuatan oleogel.
Eceng gondok, yang dianggap sebagai limbah gulma, memiliki kandungan selulosa sekitar 64,51% yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan natrium karboksimetil selulosa sebagai agen pengental dan stabilisator dalam pembuatan oleogel yang bersifat biokompatibel dan ramah lingkungan. Minyak kelapa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan oleogel karena beraroma sedap, berharga ekonomis, dan kaya akan kandungan asam lemak. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam daun ketepeng cina dimanfaatkan sebagai bioreduktor dalam pembuatan nanopartikel perak yang mampu berperan sebagai agen penyembuhan luka karena memiliki aktivitas antibakteri yang relatif baik.
“Minyak kelapa memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Selain itu, batang eceng gondok sering hanya dianggap sebagai gulma, padahal memiliki kandungan selulosa yang tinggi, serta banyaknya potensi daun ketepeng di Indonesia, di mana memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang masih dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Saya dan tim mempunyai ide untuk mengombinasikan ketiga bahan tersebut menjadi produk salep oleogel untuk penyembuhan luka diabetes. Produk salep ini kami beri nama “ECRASSIA” yang merupakan singkatan dari nama ilmiah eceng gondok dan tumbuhan ketepeng cina.” jelas Setyanto Arief.
Hasil dari penelitian ini akan didaftarkan hak paten sederhana. Selain itu, akan didiseminasikan dalam 8th International Conference on Advanced Material for Better Future pada 19 Oktober 2023 mendatang. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi alternatif baru dalam penyembuhan luka diabetes serta dapat meningkatkan nilai guna limbah eceng gondok, minyak kelapa, dan daun ketepeng.