Surakarta, saluransebelas.com – Sama sekali tak ada yang menyangkal, apalagi bersikap tak terima saat Goenawan Mohamad (GM) terpilih untuk menerima penghargaan Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun ini. Seluruh hadirin yang berada di Auditorium UNS, Sabtu, 11 Maret 2017 itu nampaknya kompak setuju, jika ia laik mendapatkan Parasamnya Anugraha Dharma Krida Budhaya, sebuah penghargaan yang diberikan oleh UNS kepada seseorang yang dianggap telah berkontribusi besar di bidang kebudayaan tahun 2017. Para hadirin nyatanya tak peduli dengan pernyataan GM jika ia adalah “…seorang yang secara serabutan bersentuhan dengan lingkungan akademis, baik yang belajar maupun yang mengajar…”
“Halah, saya rasa dia cukup bahkan lebih arif dan cerdas ketimbang orang-orang seperti saya misalnya,” ujar Menteri Ristek, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Mohamad Nasir, yang saat itu turut menghadiri Sidang Senat Dies Natalis UNS ke-41. Begitu pula dengan Rektor UNS, Ravik Karsidi yang mengaku sangat setuju atas terpilihnya salah satu pendiri Majalah TEMPO tersebut sebagai penerima UNS Award tahun ini. “Sebenarnya itu hasil pertimbangan pihak senat. Saya sih setuju, saya juga pembaca Catatan Pinggir, meski yah saya belum bisa paham tulisannya sekali baca,” ungkapnya sambil tertawa.
Menurut pihak senat UNS, penghargaan ini merupakan yang pertama kalinya diberikan oleh UNS. Tahun-tahun sebelumnya, UNS lebih sering memberikan penghargaan kepada tokoh di bidang politik, ekonomi dan pendidikan. GM terpilih dari delapan nominator lainnya yakni; Gesang, Waljinah, Sapardi Djoko Damono, Soedjatmoko, Sultan Hamengkubuwono IX, Anom Suroto dan Ki Manteb Soedharsono, serta Ki Hajar Dewantara. “Kami memilih dia berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni dari segi pengaruh sosial, karya-karya yang dihasilkan, kontribusi terhadap budaya, dan kami juga mempertimbangkan penghargaan-penghargaan yang sudah sempat diraih,” jelas Sahid Teguh Widodo, Ketua Senat UNS. Sahid pun berujar, bahwa proses penentuan penerima penghargaan ini membutuhkan waktu sekira tiga bulan.
Sebenarnya senat UNS sempat meragukan kedatangan GM dalam acara Dies Natalis UNS ke-41 ini. Sahid mengaku, pihaknya sangat mengupayakan agar GM bersedia hadir dan memberikan orasi ilmiah. “Setelah kami sampaikan alasan kami memilih dia sebagai penerima penghargaan, lalu dia setuju untuk menulis orasi.” jelas Sahid.
GM akhirnya menulis orasi ilmiah yang ia beri judul “Universitas dan Pasca Kebenaran”. Orasi tersebut kemudian dibukukan dan dibagikan ke tamu undangan. “Kamu enggak usah percaya sama tulisan saya. Anggap saja itu gurauan,” ujar GM sambil terkekeh saat ditanyai seputar orasinya. “Itu investasi saja, investasi buat kamu!” pungkasnya. (Vera Safitri)[]