Surakarta, 13 Juni 2025 – Talkshow bertajuk “Sustainability Impact & Beyond” sukses digelar di Solo Techno Park, pada hari Jumat (13/6), sebagai langkah awal menuju Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025, Agenda ini merupakan hasil kolaborasi antara Prospect Institute dengan panitia ISRA 2025. Pada edisi ke-49 ini, Prospect Talks menyoroti isu keberlanjutan secara komprehensif mulai dari proses riset, pengukuran dampak sosial, hingga strategi komunikasi visual yang efektif untuk menyampaikan pesan keberlanjutan kepada publik.
Talkshow ini menghadirkan tiga narasumber lintas sektor yang telah lama berkecimpung dalam praktik keberlanjutan. Direktur PT Prospect Riset Madani, Rosyid Nukha, menyampaikan bahwa strategi keberlanjutan tidak bisa dilepaskan dari pendekatan ESG (Environmental, Social, and Governance). Ketiga aspek tersebut tidak dapat dijalankan secara parsial. Butuh kolaborasi dari semua pihak.
“Kolaborasi ini penting karena tujuan dari keberlanjutan ini merupakan satu kesatuan sistem. Tanpa kolaborasi? hanya simbolik semata. Maka perlu adanya keterlibatan dari semua termasuk juga dengan terlibatnya masyarakat,” jelas Rosyid saat mengisi materi.
Sementara itu, Dyah Putri Utami dari Impact Meter menekankan bahwa keberhasilan program tidak bisa hanya dilihat dari niat baik atau ramai di media sosial, tapi dari dampak nyata yang bisa dihitung dan diukur. Ia mengatakan, “semua perubahan itu omong kosong kalo ga dihitung dampaknya.” Dalam kesempatan itu, Dyah juga memperkenalkan program dari Impact Meter sebagai alat bantu pengukuran dampak sosial yang lebih inklusif.
Poin menarik lainnya disampaikan oleh Vevry Hari Saputro, Direktur PT Owalah Aksara Interkreasi, yang menyoroti tantangan komunikasi isu keberlanjutan. Ia menjelaskan bahwa banyak pesan penting sering gagal tersampaikan karena bahasa teknis yang kaku dan ilmiah. Baginya, peran desainer grafis dalam mengelola komunikasi visual sangatlah penting untuk menjangkau lebih banyak kesadaran masyarakat mengenai isu keberlanjutan.
“Narasi itu belum ada di setiap masyarakat. Baru di lingkungan akademis, corporate, dan aktivis karena bahasanya yang terlalu teknis dan ilmiah. Visualisasi data yang inklusif dan komunikatif meningkatkan pemahaman publik terhadap isu-isu keberlanjutan yaitu dengan menyajikan data yang lebih emosional dan relevan,” paparnya. Ia juga menegaskan, “visual bukan hanya pemanis, tapi bahasa pertama yang bisa menyentuh emosi dan menggugah kesadaran,” pungkas Vevry di akhir materinya.
Salah satu peserta talkshow, Arif Muliyawan, mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS, mengaku isi diskusi ini sangat relevan dengan keresahan generasi muda saat ini. “Tadi saya highlight banget kalimat dari Mbak Dyah, ‘semua perubahan itu omong kosong kalau nggak dihitung.’ Itu bikin saya sadar bahwa bicara doang soal perubahan nggak cukup. Harus ada ukurannya, harus ada bukti,” jelasnya. Ia juga menilai bahwa talkshow ini berhasil menghadirkan pendekatan yang tidak menggurui, terutama saat membahas peran visual dalam menyampaikan pesan-pesan yang kompleks.
Ketua pelaksana, Titis Puspita Dewi menjelaskan bahwa agenda ini dirancang sebagai ruang pengenalan keberlanjutan kepada generasi muda dengan pendekatan yang lebih membumi. “Kadang kita sudah tertarik isu ini, tapi terbentur bahasa dan istilah yang rumit. Maka kami ingin mengajak teman-teman, salah satunya dari UNS, untuk mengenal isu keberlanjutan dengan bahasa yang lebih dekat,” ujar Titis. Selain itu, Titis menegaskan bahwa program ini akan terus berjalan dalam rangkaian ISRA 2025, “Keberlanjutan bukan cuma soal apa yang kita lakukan hari ini, tapi seberapa jauh kita bisa menjaga konsistensinya.” tambahnya.
Sebagai kelanjutan dari forum ini, ISRA 2025 telah menyiapkan serangkaian agenda untuk memperkuat pemahaman dan partisipasi publik dalam gerakan keberlanjutan. Salah satunya adalah Panel Discussion of ISRA, forum strategis yang akan mempertemukan para pemimpin lintas sektor untuk membahas kepemimpinan berkelanjutan dalam kerangka tujuan bisnis. Dalam sisi akademik, Conference of ISRA akan menghadirkan sesi Call for Paper sebagai ruang kontribusi ilmiah sekaligus peluang publikasi di jurnal bereputasi. Tak kalah menarik, Awarding of ISRA akan menjadi panggung apresiasi bagi berbagai praktik CSR dan ESG terbaik dari seluruh Indonesia mulai dari sektor pendidikan, konservasi lingkungan, hingga dokumentasi visual keberlanjutan.
Penulis: Nisa Maftuhaturrohmah dan Maulana Ilyas
Editor : Salma Fitriya Nur Hanifah