Site icon Saluran Sebelas

PANDEMI MAKIN MARAK, MASIH OPTIMISKAH GENERASI MUDA?

Jumat (13/8), Good News From Indonesia (GNFI) mengadakan acara “Peluncuran dan Diskusi Hasil Survei Indeks Optimisme 2021” secara daring melalui Zoom Meeting dan media sosial GNFI. Acara tersebut membawa Selvie Amalia sebagai Master of Ceremony serta Wahyu Aji sebagai moderator. Survei Indeks Optimisme 2021 merupakan hasil kolaborasi GNFI bersama Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) yang bertujuan untuk mengukur seberapa optimis generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan, terutama di kala pandemi yang sampai saat ini belum usai. Menanggapi hasil survei optimisme penduduk di kala pandemi, GNFI menggaet beberapa tokoh dengan aspirasi yang luar biasa, di antaranya Kunto Adi selaku Direktur Eksklusif Lembaga Survei KedaiKOPI, Najeela Shihab selaku akademisi, Roby Muhamad selaku pakar sosiolog, dan Ahmad Erani selaku pakar ekonomi. Acara ini setidaknya dihadiri oleh 80 peserta yang berasal dari berbagai Lembaga Pers Mahasiswa di Indonesia.

Acara diawali dengan penampilan video opini generasi muda terkait optimis atau pesimis mereka mengenai permasalahan di Indonesia. Achmad (21) menyampaikan bahwa dengan sistem pendidikan yang saat ini ada, cenderung sulit untuk menemukan potensi pada individu karena kurangnya pemerataan pendidikan. Ia juga merasa pesimis terkait pendapatan sektor pangan melihat lahan yang semakin sempit, harga jual, dan sewa tanah yang semakin naik serta pengalihgunaan lahan menjadi tempat huni. Namun pada aspek kehidupan sosial masyarakat, ia jauh lebih optimis jika ditinjau dari kemajuan teknologi yang mana berhasil menjadi pendongkrak sosialisasi di kala pandemi ini.

Angelia (20) mengaku pesimis di sektor ekonomi terkait angka pengangguran di Indonesia yang terbilang tinggi, belum lagi masalah korupsi oleh petinggi negara yang melemahkan perekonomian Indonesia. Sedangkan di sektor sosial, ia optimis mengenai komunikasi yang terjalin di masyarakat. Meskipun ada pembatasan di tengah pandemi, interaksi tetap berlanjut dengan memanfaatkan teknologi yang ada, seperti Zoom Meeting, Google Meet, What’s App, dan lainnya. “Adanya pembatasan komunikasi seperti saat ini tidak menghalangi masyarakat untuk melakukan interaksi menggunakan teknologi,” ungkapnya.

Pada kesempatan selanjutnya, Kunto Adi selaku Direktur Eksekutif KedaiKOPI memaparkan hasil survei yang dilakukan selama satu pekan, yakni pada 8-15 Juli 2021. Responden survei tersebut sejumlah 800 orang, yang terdiri dari 68.2% laki-laki, 31.8% perempuan, dan didominasi oleh Gen Z, yakni berada di rentang usia kurang dari 25 tahun sebesar 64.4% serta sisanya sebesar 35.6% adalah Gen Y. Persebaran asal responden didominasi oleh daerah Jabodetabek dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang berpartisipasi dalam survei sebagian besar merupakan generasi muda Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat optimisme tertinggi berada pada sektor pendidikan dan kebudayaan. Selanjutnya, sektor hukum dan politik dianggap perlu ditingkatkan karena kebanyakan generasi muda merasa pesimis bahwa politik dapat diterapkan secara bersih. Generasi muda setuju bahwa permasalahan utama di Indonesia saat ini adalah Covid-19 sebesar 72,3% dengan tiga isu utama yang menjadi perhatian adalah kebijakan pemerintah yang dinilai menyulitkan dan tidak tegas, ketersediaan lapangan pekerjaan, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Hampir tidak ada yang pesimis. Ini luar biasa. Ternyata anak muda kita sangat optimis. Walaupun derajat optimismenya berbeda-beda,” ungkap Roby Muhamad menanggapi hasil survei tersebut. Roby menambahkan bahwa tingkat ketangguhan orang Indonesia masih tinggi sekali. Permasalahan yang menggeluti sisi sosial menurutnya adalah adanya keragaman, seperti perbedaan anak muda dalam menilai pakaian, makanan, film, dan hal lainnya yang mana terkadang bukannya menginspirasi, tetapi justru mengintimidasi.

Najeela Shihab, selaku akademisi, juga menyetujui pernyataan sebelumnya dan berharap bahwa sikap optimis para generasi muda jangan sampai padam, melainkan harus menjadi optimisme yang realistis dan menunjang suatu gerakan. “Optimisme dapat dilihat sebagai modal untuk melihat dunia dari sisi positif,” ungkapnya, menanggapi antusias generasi muda yang begitu tinggi dalam membangun negeri.

Pakar ekonomi, Ahmad Erani mengatakan, “Di bidang ekonomi, meski tidak setinggi bidang pendidikan, tetapi berada di tengah-tengah. Saya kira salah satunya karena mereka melek informasi. Harus diakui memang Indonesia tidak bisa dikatakan buruk, apabila jika seluruh data diakomodasi.” Beliau juga menyampaikan bahwa generasi muda merupakan generasi yang independen dan sangat percaya diri. Generasi ini merupakan kelompok yang sangat menanyakan otoritas. Berkaitan dengan hal tersebut, Suko Widodo, perwakilan dari Universitas Airlangga, menyampaikan pertanyaan sekaligus keresahannya, yakni apakah negara telah memfasilitasi ruang bagi mereka mewujudkan harapannya.

Pada penghujung acara, Roby Muhamad menyampaikan bahwa semakin ke depan, generasi muda cenderung semakin optimis dan memiliki kemauan untuk memajukan Indonesia. Bahwasanya rasa cinta negara bukan hanya tetap ada, tapi terus bertumbuh subur. Hal ini juga bukan semata-mata karena keadaan yang memaksa, melainkan rasa bangga dari individu tersebut. Ahmad Erani juga menyatakan pernyataan yang sependapat, yakni generasi muda merupakan warga negara yang merasa bahwa negara perlu diteruskan sehingga ini memicu generasi sebelumnya untuk tidak terus muram dengan keadaan saat ini. “Karena orang pesimis hanya fokus pada persoalan, sedangkan orang optimis selalu membuka kesempatan,” ungkapnya.

Penulis: Dita Audina Suyanto dan Lintang Mukti Pinastri
Editor: Hesty Safitri

Exit mobile version