Pada Minggu (16/1), dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden BEM UNS 2022 melaksanakan debat dialogis kedua bertempat di gedung FEB UNS. Debat ini diadakan secara luring dan daring secara bersamaan, diikuti oleh kurang lebih 100 partisipan pada platform Zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Pemira. Debat dibuka dengan sambutan dari Maulana Asrafi selaku Ketua KPU UNS. “Debat terakhir ini diharapkan dapat membantu mahasiswa menentukan pilihannya pada 19 Januari besok,” ujar Maulana pada pidato singkatnya. Dimoderatori oleh Ira Rahayu, debat ini menghadirkan 2 panelis, yakni Merlin Swantamalo Magna dan Luqman Nabil.
Debat terakhir ini dibagi ke dalam tiga sesi, yakni sesi tanya jawab isu bersama panelis dengan tema “Mewujudkan Sinergitas, Loyalitas, dan Harmonisasi BEM UNS di dalam Budaya Intelektual”, kemudian sesi tanya jawab cepat, dilanjutkan sesi pertanyaan undian. Pada sesi pertama, panelis memberikan 10 pertanyaan, salah satunya mengenai pandangan masing-masing calon akan Solo yang diperkirakan menjadi kota masa depan. Menanggapi hal tersebut, Shoffan berpendapat bahwa fasilitas yang telah ada di Solo dapat dikatakan sudah mendukung sebagai kota masa depan. Sementara Pratekwo lebih terfokus pada kesesuaian fasilitas dengan kawasan kota. Dari jawaban kedua calon, Merlin Swantamalo menilai mereka sudah memiliki teori yang baik, tetapi kurang menangkap maksud dari panelis. Panelis menginginkan sebuah inovasi baru dan kritik terhadap pemerintah. Poin lainnya pada sesi pertama adalah bagaimana menciptakan sinergitas antara BEM dan DEMA. Pratekwo memiliki pandangan untuk mewujudkan sinergitas dapat dilakukan dengan menaikkan lagi tren berorganisasi. Melalui organisasi, BEM dan DEMA dapat saling belajar dan memahami peran sesuai undang-undang. Di sisi lain, Shoffan berpendapat bahwa untuk mewujudkan sinergitas antara BEM dan DEMA adalah dengan memberikan pemahaman kembali fungsi BEM dan DEMA melalui sosialisasi dan diskusi.
Pada sesi ini tanya jawab cepat, poin yang dibahas terfokus pada kinerja BEM . Pertanyaan yang diajukan yakni mengenai evaluasi BEM pada periode sebelumnya dan proker paslon ke depannya. Shoffan mengevaluasi pergerakan BEM belum bisa merangkul beberapa elemen di kampus dan perlu adanya tambahan mengenai kemasyarakatan terkait human development. Shoffan juga menilai bahwa pengarsipan data masih buruk dan kinerja antara kementrian BEM perlu dibenahi. Pratekwo berpendapat aktualisasi tim BEM yang terjun langsung ke masyarakat dinilai belum maksimal. Perlu ada hal yang dibenahi, misalnya Kementrian Minat dan Bakat perlu melakukan follow up terhadap kinerjanya, salah satunya sipsmart yang belum tersosialisasi secara menyeluruh kepada mahasiswa. Pratekwo juga menyatakan belum ada sinergi antara advokasi dan fakultas, serta pembelajaran kultur tiap fakultas.
Tekwo-Anmar memiliki program kerja unggulan di antaranya membentuk panitia khusus isu-isu kampus, menciptakan platform pendampingan untuk mahasiswa korban kekerasan seksual, dan menghadirkan BEM secara kultural dan struktural untuk berkolaborasi dengan fakultas ataupun organisasi lain yang ada di kampus. Sementara Shoffan-Hilmi memiliki progam kerja unggulan yakni festival kolaborasi budaya, pengentasan stunting pada balita, digitalisasi informasi untuk mahasiswa (Student Information Center), dan turun tangan sokong kuliah dengan membantu secara finansial melalui pinjaman atauapun beasiswa dari salah satunya gerakan alumni peduli.
Debat diakhiri dengan sesi ketiga yaitu pertanyaan undian. Pertanyaan pertama kepada Shoffan-Hilmi adalah seberapa besar andil BEM UNS dalam mengayomi ormawa UNS. Shoffan-Hilmi berkomitmen mengupayakan komunikasi, kerjasama dan koordinasi antara BEM dan ormawa. Sementara itu, Tekwo-Ammar mendapat pertanyaan seputar pengesahan Rancangan Undang-Undang Kaderisasi (RUK). Mereka menyetujui dan mendorong RUK dengan catatan perlu melibatkan elemen mahasiswa.
Di akhir acara, Shoffan-Hilmi memberikan closing statement dengan menyatakan, “Jika BEM UNS adalah cinta dan mengabdikan diri di BEM UNS adalah mengabdikan diri pada cinta, maka izinkanlah sinergi muda Shoffan dan Hilmi untuk mengabdikan diri di BEM UNS, untuk mengabdikan diri kepada cinta. Sinergi muda siap bersinergi bersamamu!”. Kemudian diikuti oleh Tekwo-Ammar, “Kami menyatakan siap berkolaborasi menghadirkan sebuah mahakarya bersama seluruh elemen civitas akademica UNS, mengutip perkataan dari Sutan Syahrir bahwa hidup yang tidak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan. Maka dari itu jadilah bagian dari kemenangan bersama Tekwo-Ammar. Rangkai cerita, bagikan makna, wujudkan bersama!”
Penulis: Elisa Alia dan Luthfiyatul Khasanah
Editor: Sabila Soraya Dewi