Site icon Saluran Sebelas

Overthinking: Rasa Sesal di Dasar Bawah Sadar

Foto: Muhammad Irfan Julyusman

Hujan sedang sangat deras pada malam itu, terkejut aku dibuatnya karena melihat tetesan air menetes sedikit demi sedikit di lantai. Sempat berfikir sejenak jikalau rumahku bocor, aku tenengok plafon kamar, tapi tak ada bocor. kemudian baru aku tersadar, tetesan air tadi bukan bocor air hujan, bocor tadi dari air mataku akibat overthinking.

Overthinking sedang menjadi “trend” untuk kalangan remaja akhir-akhir ini, fenomena acak yang bisa kita alami bahkan ketika kita sedang diam sekalipun. Gender tidak berpengaruh dalam fenomena ini semua orang bisa mengalaminya.  Fenomena psikologi ini sangatlah “menyebalkan” karena seketika kita mengingat suatu kenangan manis, pilu, kesalahan di masa lalu, dan masih banyak lagi. Ingatan tentang “cinta” adalah salah satu penyebab overthinking ini. Dan pada dasarnya, masalah pemicu overthinking tidak dapat disama ratakan, dan jangan pernah menganggap masalah kalianlah yang paling berat diantara teman-teman kalian.

Lantas apakah overthinking itu? Overthinking pada dasarnya adalah kondisi dimana seseorang memikirkan segala sesuatu secara berlebihan. Penyebab overthinking biasanya karena seseorang sedang kelelahan atau sedang mengingat dan memikirkan sesuatu, seperti kenangan dengan orang tersayang, kesalahan di masa lalu, atau perasaan yang tak terungkap.

Lalu, apakah overthingking ini berbahaya? Seperti yang di lansir oleh  Physchology Today penelitian membuktikan bahwa dengan memikirkan kekurangan, kesalahan, dan masalah dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Orang yang mengalami fenomena tersebut juga dapat terperangkap dalam perilaku negatif sepeti makan secara berlebihan atau mengkonsumsi alcohol.  Seperti yang dilansir oleh health.detik.com yang di publikasi pada 22 juni 2019, sebanyak 15,6 juta orang Indonesia mengalami depresi dan hanya 8 persen yang berobat. Memang terdapat beberapa kasus dimana overthinking sebagai pemicu stress atau depresi khususnya untuk remaja.

Ketika sedang mengalami overthinking setiap orang dapat mengeskresikannya dengan berbeda-beda, ada yang menangis dan ada juga yang terdiam, ada yang keluar untuk menjadi “liar” dan ada juga yang mengurung diri, ada yang mengobatinya dengan menempuh jalan suci berupa berdoa dan menangis kepada Tuhan dan ada juga yang mengobatinya dengan jalan lain dengan rokok dan alcohol. Larut dalam overthinking adalah hal yang menyenangkan, lagu galau seperti pupus, jikalau, maaf, dan risalah hati adalah teman dalam momen itu. Tidak ada salahnya sesekali menuruti hati yang sedih, menangislah bila ingin menangis atau tertawalah bila kalian ingin tetawa.

Dua mata pisau dalam overthinking

Overthinking bisa menjadi pisau dengan banyak mata, di satu sisi ia bisa menerkam mangsanya dan larut dalam kesedihan olehnya, tetapi di satu sisi ia bisa menjadi sumber inspirasi untuk berkarya karena kesedihan dapat menjadi inspirasi dalam menciptakan suatu karya baik itu berupa tulisan, lagu, syair, dll. Nyatanya banyak seniman menciptakan karya yang luar biasa fenomenal dengan kondisi perasaan mereka, banyak lagu keren yang berasal dari kondisi hati penciptanya, banyak syair-syair indah yang berawal dari overthinking penulisnya, seperti Vincent Van Gogh, Beethoven, dan Bunga Citra Lestari.

 

Jadi overthinking tidak semata-mata hanya menjadi beban hati dan pikiran, selama kalian memiliki wadah untuk menuangkannya sepertinya overthinking dapat menjadi “momen yang baik” untuk berkarya. Meskipun banyak seniman hebat yang bunuh diri, alcoholic, atau ketergantungan dengan narkoba karena kegelisahan mereka sendiri, seperti Vincent Van Gogh, Kurt Cobain, dan Robin Williams. Sekali lagi overthinking adalah pisau  tajam yang hanya kalian sendiri yang dapat mengendalikannya, jadi apakah kalian ingin terus larut dalam overthinking atau kalian ingin bangkit kemudian berkarya dari overthinking kalian dan melakukan hal yang disukai? Semuanya ada dalam kendali kalian.

Dalam pandangan saya overthinking ibaratkan Sakura di tim 7 dalam anime Naruto, memang beban tetapi bila ia tidak ada maka kisah terasa hampa. Overthinking dapat menjadi penyeimbang dalam hidup, terkadang overthinking terasa memuakan tetapi tak jarang pula terasa sangat manis. Bila ia terasa berat tak ada salahnya untuk cerita, karena dengan bercerita itu dapat meringankan sedikit beban, terkadang anggur merah adalah jalan maksiat yang biasa menemani korban overthinking, atau bersujud kepada Tuhan adalah cara suci untuk di tempuh, atau memusingkan malaikat pencatat karena bersujud setelah menenggak anggur merah orang tua

Overthinking, dapat juga di ibaratkan seperti Sasuke di serial anime Naruto atau seperti Nami di serial one piece, masa lalu lah yang merubah mereka, anak manis yang berubah karena luka di masa lalu. Sasuke yang hampir membunuh rekan timnya dan Nami yang sempat menjebak sang kapten, namun temannya lah yang menyelamatkan mereka dari kegelapan.

Kita selalu ingin memperbaiki kesalahan di masa lalu, maaf adalah kata yang sangat ingin di ucapkan bila kita memiliki kesempatan untuk memutar waktu ke masa lalu. Kesalah pahaman yang ingin kita luruskan, atau menyembuhkan hati yang pernah kita lukai dulu, atau kata cinta yang tak sempat diucapkan. Percayalah, mesin waktu adalah solusi tepat untuk menghilangkan overthinking.

Endank Soekanti pernah menggambarkan rasa patah hati, tapi kita memang tercipta untuk terlatih patah hati. Bertepuk sebelah tangan? Sudah biasa, di tinggal tanpa alasan? Sudah biasa, luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi. Terlatih patah hati, terlatih di sakiti. Bahkan Sheila on 7 menggambarkan rasa keihkhalsan melalui lagu lapang dada, jadi? Hadapi saja rasa itu, nikmati, resapi, lalu lampiaskan. []

[su_box title=”Muhammad Irfan Julyusman”]Surel: julyusmani@gmail.com [/su_box]

Exit mobile version