Site icon Saluran Sebelas

MANGKRAKNYA JAS ALMAMATER MARU

Mahasiswa baru mengikuti upacara pelantikan di halaman rektorat UNS. Lintang Giftania/LPM Kentingan

Saluransebelas.com – Masih pagi, namun 8.636 mahasiswa sudah berbaris-baris menuju lapangan rektorat UNS (13/8). Dengan berjas almamater rapi, para mahasiswa itu bercampur baur dengan ribuan mahasiswa yang memakai putih-putih. Seluruh mahasiswa yang berjas almamater dan pakaian putih-putih adalah mahasiswa baru [maru] yang hendak mengikuti upacara pelantikan di halaman rektorat yang terik. Meski pakaian yang tak seirama, upacara itu menjadi penanda dimulainya Program Kenal Kampus Mahasiswa Baru [PKKMB] UNS 2019.

 

Mahasiswa yang memakai putih-putih itu adalah maru yang tak mendapat jas almamater. Ada sekira lebih 2000 maru yang tak pakai jas almamater. Jalur seleksi mandiri [SM] menjadi jalur terbanyak yang tak kebagian jas almamater. Namun tak hanya itu, masih banyak pula mahasiswa jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri [SBMPTN] yang tak kebagian. Alasan yang disampaikan pihak universitas terhadap kurangnya almamater untuk mahasiswa baru adalah adanya keterlambatan dari konveksi.

 

Ath-Thariq dari BEM UNS pun mengungkapkan “Jumlah jas almamater yang tersedia memang kurang, karena ondesk mahasiswa yang jalur SM memang mepet dengan upacara, memang komposisi mahasiswa yang belum kebagian mayoritas jalur SM. Akibatnya banyak mahasiswa tak pakai jas almamater saat pelantikan.”

 

Aksi Melepas Jas Almamater

 

Di tengah-tengah upacara PKKMB, setelah Jamal Wiwoho selaku rektor selesai memberikan sambutan dan melantik mahasiswa baru. Tiba-tiba dari tengah lapangan terdengar orasi dari presiden BEM UNS, Faith Silmi. Suasana upacara tiba-tiba menjadi riuh.

 

“Silahkan teman-teman melihat kanan dan kiri masing-masing, ada beberapa teman-teman kalian yang tidak memakai almamater. Bukan karena mereka tidak membawa, tapi karena mereka belum mendapatkan almamater dari kampus. Saya ingin menguji kekompakan teman-teman 2019, kalau ada yang tidak memakai almamater apakah kita setuju tidak memakai semua? silahkan kalian lepas jas almamater masing-masing”, ujar Faith.

 

Secara serentak seluruh maru melepas jas almamaternya, dibantu dengan panitia PKKMB yang menyuruh mahasiswa untuk melepas almamaternya. Setelah melepas, bahkan beberapa mahasiswa menutup kepalanya menggunakan almamater karena teriknya matahari. Akhirnya lapangan berubah menjadi lautan putih-putih.

 

Hal itu pun mengundang reaksi dari jajaran kampus, salah satu petinggi kampus pun menghampiri Faith dan meluapkan emosinya “Micnya tolong dikasihkan ke saya. Tolong jangan seperti ini, ini namanya pengecut”. Faith dan bapak pejabat itu pun saling bersikeras mempertahankan sikapnya.

 

Setelah uring-uringan, akhirnya ada pejabat yang angkat suara ke atas panggung dan mengatakan, “Tidak ada kekerasan. Tidak ada pembodohan yang menurunkan harga diri kami. Ingat semua acara ini sudah dikoordinasi.”

 

Menteri pengetahuan dan siasat gerak BEM UNS, Muhammad Rizki mengungkapkan, “Aksi tadi sebagai bentuk pengingat kita kepada kampus disaat kampus lalai, dalam hal ini masalahnya adalah keterlambatan distribusi jas almamater. Makanya dilakukan ketika upacara karena disitu banyak pejabat kampus, sehingga mereka paham ada kritik dari mahasiswa mengenai kelalaiannya.”

 

Maru Kelimpungan

Ironi tak kebagian almamater, Dewi Maslakhah akhirnya harus meminjam almamater kepada teman kos selama acara PKKMB, padahal mahasiswi jurusan pendidikan Bimbingan dan Konseling ini berasal dari jalur SBMPTN, namun juga tak mendapat jas almamater.

 

“Pas pengambilan jas almamater itu kan tanggal 5 Agustus, hari itu aku ada kumpul program studi dan selesainya pukul 12 siang. Setelah ke Student Center [SC] ternyata almamaternya udah habis.”

 

Hari berikutnya, Dewi kembali mengantre di tanggal 8 Agustus, tapi ternyata udah habis dan akhirnya ia disuruh mengisi nama dan ukuran buat pesan almamater dan diambilnya tanggal 12 bersamaan dengan jalur SM.

 

Pada 12 Agustus ia datang lebih awal, namun sejak pukul tujuh antreannya sudah banjir ke mana-mana, pukul sembilan almamater udah ludes. Dewi kehilangan harapan, ia tak kebagian almamater lagi.

 

Pradana Ricardo, mahasiswa Sastra Indonesia yang berasal dari jalur SBMPTN juga bernasib sama. Sebelumnya ia telah mengantre untuk mengambil almamater sejak tanggal 8 Agustus. Tapi ternyata sudah habis dan disuruh mengisi data ukuran jas almamater. Pada 12 Agustus ia mengantre lagi, berjam-jam mengantre ternyata almamaternya habis dan ia kembali disuruh untuk mengisi data ukuran almamater lagi.

 

“Hingga kini, belum ada pengumuman lebih lanjut. Katanya suruh sabar, nunggu.” keluhnya. Alhasil selama PKKMB Ricard meminjam jas almamater temannya yang satu kontrakan.

 

Thariq selaku BEM UNS pun menyampaikan, bahwa sehari setelah upacara pelantikan, biro kemahasiswaan langsung memasok sekitar 600 jas almamater. Namun informasi mengenai pendistribusiannya belum jelas kapan. Kiranya maru masih harus terus bersabar sampai PKKMB berakhir.[]

 

Reporter: Aulia Anjani dan Umi Wakhidah

Penulis: Imriyah dan Aulia Anjani

 

Exit mobile version