Sabtu (25/09), Kementerian Kreasi dan Karya Mahasiswa BEM UNS mengadakan grand opening program Creative and Innovative School (CIS) bertema “Beyond Your Expectation”. Acara yang berlangsung via Zoom Meeting ini diikuti oleh 235 partisipan. Agenda tersebut membawa Esther Lubis dan Vena Riana sebagai narasumber, Delva dan Distantya sebagai MC, serta Rudy Arinugroho sebagai moderator acara.
Acara dibuka dengan sambutan dari Zakky Mustofa Zuhad selaku Presiden BEM UNS 2021. Dalam sambutannya, Zakky memaparkan tujuan diselenggarakannya CIS adalah sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dan mengasah skill di bidang kreatif sebelum turun ke masyarakat. Vito Christian selaku project leader juga menambahkan tujuan diadakannya empat kelas CIS ini berangkat dari hasil survei BEM UNS terkait keresahan mahasiswa UNS yang ingin mengembangkan keahlian khususnya dalam bidang desain grafis, public speaking, content creator, dan project management. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Verren Nadhifa, Menteri Kreasi dan Karya Mahasiswa, yang menyampaikan bahwa keketatan seleksi CIS 2021 mencapai 1:5, yaitu hanya 225 peserta dari 930 pendaftar yang akhirnya lolos seleksi.
Esther Lubis, selaku pembicara pertama, menjelaskan bahwa pada tahun 2021 penduduk usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun di Indonesia mencapai 70,72% dari populasi keseluruhan. Dengan kata lain, ada sekitar 191 juta jiwa yang memasuki usia produktif bekerja di Indonesia. Tahun 2050 mendatang, Indonesia juga diproyeksikan akan duduk di peringkat empat dunia dalam hal kekuatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena rata-rata populasi masyarakat Indonesia berusia muda, yaitu di rentang usia 37 tahun. “Masyarakat muda harus bisa berpikir kreatif dan inovatif agar mampu bersaing di masa kini, harus mampu berpikir ‘apa yang bisa gue lakukan nih untuk kasih impact ke sekitar gue’. Kalau lo punya ide di kepala lo, tunjukkan agar orang-orang tahu itu,” urai Esther.
Lebih lanjut lagi, CEO & Founder Produktifkuy ini memaparkan bahwa rasio ketergantungan per 100 penduduk hanya sekitar 51%. Artinya, setiap satu orang penduduk non produktif ditanggung oleh dua orang penduduk usia produktif. Berdasarkan pemaparan data tersebut, Esther Lubis menyimpulkan bahwa di Indonesia, memang lebih banyak penduduk yang bekerja daripada yang tidak bekerja. Walau begitu, Esther menambahkan akan lebih baik bila semua orang di usia produktif bisa bekerja sehingga Indonesia mendapatkan bonus demografi yang tinggi.
Dilansir dari World Economic Forum (2020), salah satu dari sepuluh keahlian yang paling dibutuhkan di era ini adalah kreativitas. Esther meyakini bahwa hal tersebut sangat berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya manusia usia produktif, tak terbatas pada bidang mana pun. Esther juga menambahkan bahwa untuk mempertajam keahlian-keahlian tersebut, dibutuhkan konsistensi dan jam terbang. Konsistensi dapat ditumbuhkan dengan perencanaan dan menumbuhkan kesadaran mengenai tujuan untuk masa depan. “Don’t stop growing. Teman-teman gali kemampuan sedalam-dalamnya, cari relasi sebanyak-banyaknya. Pemikiran kreatif lebih terasa ketika lu ngomong sama banyak orang, ketika lu banyak pengalaman,” pungkas Esther.
Selanjutnya pembicara kedua yaitu Vena Riana yang menjelaskan mengenai “Bagaimana Cara Keluar dari Zona Nyaman”. Vena memulai dengan memaparkan bagaimana cara kita untuk bisa bertumbuh, yaitu dengan cara melihat kesuksesan orang lain yang memberi kita motivasi untuk mencari passion dan menjadi pribadi yang lebih baik. Vena memberikan sebuah tips mencari passion dengan self awarness yang menjadikan diri kita terdorong untuk mencari tahu apa yang ingin dilakukan, apa yang ingin dicapai dan ke mana arah tujuan kita ke depannya. Kita perlu menulis goals achievement dengan mencari apa yang bisa membantu diri kita untuk berkembang serta membuat plan seperti mengikuti organisasi yang dapat melatih soft skill. Ketika kita mulai mendapatkan pencapaian dan memiliki lingkaran pertemanan, kita akan terdorong untuk mencari orang-orang yang sefrekuensi, yang dapat mendukung untuk terus bertumbuh.
Vena menambahkan, Mendapatkan apa yang ingin kita capai dan aktif mengikuti banyak kegiatan untuk menunjang passion kadang kala membuat sesak, bingung dengan apa yang harus dilakukan dan merasa kurang mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Hal itu membuat diri kita masuk ke dalam toxic productivity yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan, hubungan dengan sekitar, dan juga mental. Lalu, bagaimana cara untuk keluar dari toxic productivity ini? Caranya adalah dengan melakukan setiap kegiatan sesuai dengan kemampuan diri, mengurangi tingkat ekspektasi dan goals sesuai passion serta korbankan salah satu agar lebih mendapatkan value. “Jangan pernah bandingin diri sendiri dengan orang lain dan jangan merendahkan orang lain. If you want to grow yourself, you should get out of your comfort zone,” pungkas Vena.
Acara grand opening CIS diakhiri dengan pemilihan ketua kelas dan penyampaian kontrak kuliah. Adapun kelas perdana CIS akan dilaksanakan esok harinya (26/9). Di sisi lain, Vito Christian menyampaikan bahwa adanya proses seleksi CIS ini dilakukan guna mengetahui antusias peserta dan komitmen dalam mengikuti kelas yang nantinya akan ada penugasan dan juga pengkaryaan. Proses seleksi dilakukan terhadap 930 pendaftar hingga akhirnya 225 peserta diambil dari mereka yang masih minim skill tetapi memiliki kemauan untuk belajar. “Aku berharap banget sih untuk tahun depan itu CIS mewadahi lebih banyak peserta yang memang memiliki kemauan untuk belajar,” ujar Vito.
Penulis: Puspita Triwijayanti dan Jasmine Putri Lintang Sagara D.
Editor: Diana Kurniawati