Site icon Saluran Sebelas

KENALI SEJAK DINI UNTUK CEGAH KANKER PAYUDARA

Minggu (24/10), Standing Committee on Sexual & Reproductive Health and Rights including HIV&AIDS (SCORA) CIMSA Fakultas Kedokteran UNS menyelenggarakan talkshow bertajuk Breast Cancer Awareness Month (BREMO). Acara dalam rangka memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia tersebut diselenggarakan via Zoom Meeting dan diikuti oleh 62 peserta. Topik yang diambil yakni “Breast Cancer in Two Perspective (Men and Women): Symptoms, Causes, Prevention, Treatments”. Adapun tujuannya untuk mengenalkan Gerakan Sadari dan Sadanis guna meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker payudara.

“Setiap Oktober seluruh dunia memperingati bulan peduli kanker payudara. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, deteksi, dan pengobatan penyakit kanker payudara sejak dini”, ujar Ginaung Sasti Megantari selaku Local Officer SCORA.

Hanif Ahmad Aulia mengatakan bahwa salah satu faktor tingginya angka kanker payudara di Indonesia diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat. Berangkat dari hal tersebut, CIMSA UNS mengadakan projek BREMO sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan minat masyarakat mengenai kanker payudara. Ini dimaksudkan untuk mendukung upaya dalam menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.

“Kanker payudara merupakan penyakit ganas yang dapat menyerang wanita maupun laki-laki. Sementara itu, dampaknya akan berakibat kematian apabila tidak segera ditangani”, ungkap Dr. Alfiah Amiraddin, MD.MSurg selaku dokter bedah kanker payudara.

Secara pasti penyebab kanker payudara belum bisa dipastikan, namun berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa penyebab. Hal itu di antaranya seperti mengkonsumsi makanan tertentu, rokok, alkohol, kegemukan, stres, dan kencing manis. Penyebab kanker payudara tersebut terkadang tidak menunjukkan gejala apapun.

Sementara itu, ada faktor pendukung lainnya, seperti munculnya genetik atau mutasi gen, menopause yang terlalu lama, atau breastfeeding yang terlalu singkat. Hal tersebut ditandai dengan munculnya gejala salah satunya benjolan pada ketiak. Gejala yang muncul tersebut dapat diperiksa secara mandiri atau meminta bantuan orang lain. Jika sekiranya dengan pemeriksaan mandiri terdapat hal yang mencurigakan maka dapat meminta penanganan lebih lanjut kepada medis.

Selama pandemi, lonjakan pasien kanker payudara cukup meningkat bahkan sampai pada tahap yang sulit diobati atau harus dilakukan operasi mastektomi. Adapun beberapa alasannya karena mereka terlambat periksa ke dokter, takut tertular virus Covid-19, dan takut melakukan biopsi secara berkelanjutan. Tindakan tersebut pada umumnya akan memengaruhi penampilan.

Rosalina Lee dan Mari Irawati membagikan pengalaman dan juga kepercayaan diri bagi para wanita terkait dampak operasi mastektomi. Memang operasi tersebut berakibat ketidakseimbangan penampilan diri. Akan tetapi, melalui Knitted Knockers mereka akan menemukan keseimbangan dan juga kepercayaan dirinya kembali.

Organisasi tersebut tersbentuk dari kesamaan hobi merajut kemudian menjadi relawan yang tidak dibatasi usia, golongan, suku, ras, dan agama. Knitted Krockers berkeinginan untuk mewujudkan social responsibility bagi para wanita, khususnya penderita kanker payudara untuk kembali mendapatkan kepercayaan diri mereka. Mereka menyediakan knockers atau rajutan prostesis berbentuk payudara yang ringan, lembut, dan nyaman bagi penderita yang telah menjalani mastektomi atau lumpektomi.

Dr. Nur Endah Tunggal Jati memaparkan pengalamannya selama didiagnosa menderita kanker payudara sehingga harus menjalani kemoterapi. Ia menyebutkan bahwa seseorang yang berlatar belakang seorang ahli medis pun juga tak terelakan menderita penyakit ganas. Selain itu, juga dapat terpengaruh pihak luar untuk menjalani pengobatan yang tidak sesuai. Oleh karena itu, sadari sejak dini dan segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

Ia juga berpesan untuk para penderita kanker payudara di luar sana yang sedang menjalani kemoterapi. Pasien diminta untuk bisa menerima dan tetap optimis bahwa akan sembuh serta meminta dukungan dari keluarga sebagai support system terbaik. Adanya semangat dari diri sendiri dan keluarga membuat proses kemoterapi yang awalnya terbilang berat akan terbiasa. Selain itu, efek samping dari kemoterapi tidak akan berlangsung lama dan dapat berakhir seiring berjalannya waktu.

Adapun harapan Ginaung Sasti Megantari agar peserta talkshow BREMO dapat menumbuhkan rasa kepedulian serta paham cara mengatasi, mencegah, dan merawat kanker payudara. Sementara itu, peserta juga diharapkan dapat lebih mengontrol diri saat terkena kanker payudara dan tidak mudah termakan informasi yang tidak diketahui keabsahannya.

Penulis: Michelle Zalika dan Puspita Triwijayanti
Editor: Aulia Anjani

Exit mobile version