Setahun berlalu sejak mahasiswa pascasarjana Manajemen Komunikasi UNS, Tri Susanto mengabdikan dirinya lewat program Indonesia Mengajar. Sejuta kisah yang telah dilewatinya, mulai dari mengajar SD sampai ditaksir janda desa pun akhirnya menjadi sebuah pengalaman menarik untuk diceritakan. Yang nantinya, semoga mampu menginspirasi para pembaca sekalian.
Pengabdian berawal saat diterima menjadi salah satu Pengajar Muda di Banten. Padahal seminggu sebelum pengumuman Pengajar Muda, lelaki yang akrab disapa Tris tersebut baru saja Seminar Proposal tesis. Ia pun belum sempat melakukan revisi. Namun karena menjadi Pengajar Muda adalah impiannya, ia pun tak melewatkan kesempatan tersebut. Sebelumnya ia telah tiga kali gagal, barulah pada tanggal 21 April 2014 kemarin Tris masuk pelatihan menjadi Pengajar Muda.
Penempatan yang tidak jauh dari ibukota bukan berarti tidak mempunyai tantangan yang berat. SD N 1 Mekarwangi yang terletak di Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menjadi tempat pembelajarannya selama satu tahun. Akses menuju tempat tersebut belum begitu memadai. Selain itu, jalanan masih banyak yang rusak, sulitnya mencari air bersih, kesulitan sinyal, dan juga masyarakat yang berwatak keras membuat Tris harus berusaha ekstra memajukan pendidikan disana.
Fasilitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pendidikan yang masih kurang merupakan tugas Pengajar Muda. Supaya kelak dapat mendorong masyarakat ambil bagian dalam masalah pendidikan ini. Berbekal jargon “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”, lelaki yang sebelumnya merampungkan gelar sarjana di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini terus semangat menjalankan tugasnya. Terkadang ia harus merangkap dua kelas sekalipun jika salah satu gurunya absen.
Selain mengajar di SD, Tris juga harus mengajar anak-anak PAUD saat sore hari. Tak berhenti sampai disitu, malam harinya Tris harus kembali mengajari anak-anak yang meminta pelajaran tambahan. Ia pun terkadang juga memberikan motivasi dan berbagi ilmu tentang pembelajaran kreatif kepada guru. Sedangkan kepada pelajar SMA, Tris berbagi pengetahuan tentang perguruan tinggi. Salah satunya lewat acara yang bertajuk “Ayo Berani Kuliah”. Perjuangan mantan penyiar radio di 90.7 UTYfm Yogyakarta ini tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Ia pun terus mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) Banten untuk lebih giat lagi membangun mutu pendidikan di daerah Lebak.
Perjuangan yang telah ditorehkannya tersebut tidaklah sia-sia. Akhir bulan Oktober 2014, Tris berhasil membawa seorang anak bimbinganya menuju konferensi anak Indonesia yang diselenggarakan oleh majalah anak-anak. Selain itu, awal bulan Agustus tahun ini, anak bimbinganya yang telah memasuki SMP berhasil menjadi peserta Sabang Merauke yang akan dilatih tentang ke Indonesiaan, kepemimpinan, dan toleransi keagaaman di Jakarta.
Selain mengajar, sesuatu yang tak kalah indah bagi Tris yaitu memiliki keluarga angkat di desa Mekarwangi. Disana ia memiliki ibu, ayah, serta adik angkat yang selalu membantunya di daerah yang merupakan tempat pertambangan cadas tersebut. Setiap harinya ia pun selalu menghabiskan waktu bersama anak-anak. Saat akan berangkat sekolah saja, anak-anak itu sudah menjemputnya di rumah. Lalu sepulang sekolah, mereka bermain di rumah keluarga angkat Tris bahkan sampai menginap.
Akhirnya setelah setahun mengabdi tepatnya pada tanggal 27 Juni 2015, Tris pulang ke Solo untuk kembali meneruskan tesis. Kebetulan saat itu Kepala Prodi S2 Ilmu Komunikasi UNS sedang mengumpulkan mahasiswa dari angkatan 2008-2012 untuk diminta kejelasannya tentang tesis yang tengah dikerjakan. Beruntung walaupun sempat meninggalkan tesis selama setahun, Kepala Prodi berbaik hati meminta mahasiswa angkatan 2012 tersebut untuk kembali melanjutkan tesis yang sempat tak terurus.
Tulisan diatas merupakan kontribusi dari: Tri Susanto
Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Komunikasi UNS Surakarta