Sherlock Series: Serial film detektif yang adiktif

Pemeran : Benedict Cumberbatch, Martin Freeman, Rupert Graves dll.

Tayang : 2010, 2012, 2014, 2016 (coming soon)

Produksi : Hartswood Films dan BBC

Produser: Mark Gatiss dan Steven Moffat

Durasi : 80-90 menit

 

Ini bukanlah film Sherlock Holmes yang diperankan oleh Robert Downey Jr melainkan sebuah mini seri yang berkisah tentang tokoh yang sama. Sherlock merupakan sebuah drama kriminal kontemporer dengan genre detektif yang diangkat dari novel karya Sir Arthur Conan Doyle. Tokoh Sherlock Holmes merupakan seorang detektif yang memecahkan berbagai kasus kriminal dengan cara yang bisa dibilang unik. Film produksi Hartswood Films dan BBC ini sendiri terdiri dari 3 miniseri dimana setiap serinya terdiri dari tiga judul cerita.

Berlatar situasi Inggris masa kini, Sherlock dikemas secara apik dengan nuansa Inggris yang kental. Cumberbatch yang berperan sebagai tokoh utama yang cerdas, tajam, dingin dan tampil sangat percaya diri, mampu membuat penonton percaya bahwa memang demikianlah karakter dari seorang Sherlock. Di seri pertama Anda akan diajak berkenalan dengan tokoh-tokoh utama dalam film ini seperti perkenalan dengan dr. Watson, Greg Lastrade yang seorang petugas polisi London, Mycroft Holmes, kakak Sherlock dan tentu saja induk semang 221b flat Baker Street, Mrs. Hudson.

Dengan adegan flashback dan intro yang tidak bertele-tele, Anda akan langsung diajak menginvestigasi kasus pembunuhan misterius dalam kisah The Study in Pink bersama petugas Scotland Yard (markas kepolisian Inggris). Selesai satu kasus, muncul kasus lain yang mana Sherlock dan dr Watson membongkar penyelundupan artefak kuno Cina ke London dalam episode The Blind Banker hingga teror ancaman bom yang disertai teka-teki misterius di episode The Great Game.

Setelah berhasil menyelesaikan beberapa kasus di Scotland Yard (markas kepolisian Inggris), di seri kedua Sherlock bertemu dengan Irene Adler, penjahat cantik yang mampu menarik perhatiannya, yang berniat untuk membocorkan rahasia pemerintah Inggris. Hingga episode Hound in Baskerville yang cukup terkesan horor dan membuat tegang. Tidak seperti Sherlock Holmes di layar lebar yang cukup banyak konflik fisik dan tembak-menembak, miniseri Sherlock dikemas secara lebih ‘kalem’ bahkan sedikit suram untuk tetap mendapatkan kesan Sherlock yang lebih klasik seperti dalam novelnya.

Seri kedua tampaknya merupakan seri paling seru dari mini seri Sherlock dimana selain bertemu dengan Irene Adler, ia juga akhirnya berhadapan langsung dengan seorang konsultan kriminal, Jim Moriarty. Sama-sama cerdas, pandai bermain logika dan deduksi namun saling berseberangan. Moriarty dan Sherlock seakan memainkan peran baik dan jahat secara ‘elegan’ dan saling menebar ancaman hingga pada akhirnya Sherlock harus membuat sebuah keputusan yang hampir membunuhnya. Season ketiga dari serial Sherlock lebih banyak diisi oleh konflik hubungan dr Watson dan Sherlock Holmes serta drama Mary Morsten (kekasih dr. Watson) yang ternyata adalah mantan agen CIA.

Sebaiknya jangan menonton beberapa episodenya sekaligus karena dialog yang cukup cepat dan beraksen British English sehingga memerlukan waktu untuk menangkap maksud dari dialognya. Bagi yang sering menonton film Hollywood, perbedaan aksen ini akan terasa jelas. Penonton juga akan diajak memasuki cerita dengan menebak scene apa yang akan terjadi diluar ekspektasi penonton.

Walaupun terlihat serius, dibeberapa bagian anda akan menemukan kekonyolan yang justru menggelitik tawa. Ditambah dengan karakter Sherlock yang sedikit meyebalkan bagi orang disekitarnya. Secara keseluruhan, serial ini mampu menyuguhkan hiburan yang berkualitas dan mampu memancing rasa penasaran terhadap kisah-kisah selanjutnya. Dipadukan dengan latar belakang Inggris, pengambilan gambar yang baik, dialog yang cukup natural serta tata suara yang pas membuat serial ini mampu mendapatkan beberapa penghargaan seperti Golden Globe dan British Academy Television Award untuk beberapa kategori. (Restu)